WahanaNews.co | Bulan Agustus 2022, satelit NASA yang disebut Psyche bakal bertolak menjelajahi asteroid logam raksasa yang disebut Psyche 16, guna membantu ilmuwan mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana planet-planet terbentuk. Namun, cara Psyche mencapai targetnya akan berbeda dari misi NASA pada umumnya.
Dibangun dari teknologi yang digunakan dalam misi sebelumnya, termasuk Dawn dan Deep Space 1, sinar surya akan membantu mendorong Psyche ke luar angkasa. Jika terbukti berhasil, ini bisa menjadi awal dari era baru menggunakan satelit lebih hemat bahan bakar untuk misi eksplorasi ruang angkasa dan komersial.
Baca Juga:
2 Astronaut Terdampar di ISS, NASA Pastikan Mereka Baru Pulang Tahun Depan
Psyche akan menggunakan dua susunan sel surya raksasa untuk mengubah energi matahari menjadi listrik yang akan menggerakkan empat pendorong ion.
Listrik itu akan mengubah tangki gas xenon (jenis yang sama yang digunakan pada lampu mobil) menjadi ion xenon, yang akan dikeluarkan empat pendorong Psyche untuk mendorong pesawat ruang angkasa dengan lembut menuju asteroid, yang mengorbit antara Mars dan Jupiter, lebih dari 1,5 miliar mil dari Bumi, seperti dikutip dari MIT Technology Review, Jumat (26/11/2021).
Sementara pesawat ruang angkasa lain, seperti Lucy, sudah menggunakan tenaga matahari untuk mengoperasikan instrumennya, Psyche akan menjadi misi luar angkasa NASA pertama yang menggunakan tenaga matahari untuk pengoperasian dan propulsi di dalam pesawat.
Baca Juga:
NASA Berhasil Rekam Citra 'Lukisan' van Gogh di Langit Planet Jupiter
Paulo Lozano, direktur laboratorium propulsi ruang angkasa MIT, mengatakan Psyche dapat meletakkan dasar bagi eksplorasi ruang angkasa bertenaga surya. Akhirnya, teknologi ini dapat membantu kami menyelidiki beberapa objek langit untuk waktu yang lebih lama dan berpotensi membuat misi awak manusia di luar orbit Bumi lebih terjangkau dan layak.
“Ini sebenarnya membuka kemungkinan untuk mengeksplorasi dan mengomersialkan ruang angkasa dengan cara yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” kata Lozano.
Karena pesawat ruang angkasa yang menggunakan tenaga listrik sel surya membutuhkan sedikit propelan daripada yang bertenaga kimia, ia akan memiliki lebih banyak ruangan untuk kargo, instrumen ilmiah, dan, suatu hari nanti, astronot.