WahanaNews.co |
Monyet tidak termasuk sumber makanan hewani yang populer, lantaran tergolong
primata pintar dan memiliki alis. Namun, monyet hitam sulawesi ada kalanya
disantap warga Sulawesi Utara.
Baca Juga:
Diklaim Lebih Ramah untuk Bumi, Kompos Jasad Manusia Jadi Tren Sah di 12 Negara
"Kebiasaan masyarakat
Sulawesi Utara memakan Yaki masih menjadi teka-teki yang besar, ini primate
pintar dan memiliki alis tapi manusia memakannya. Padahal primata ini paling
dekat dengan manusia," kata Psikolog Sosial dari Komodo Survival Program, Puspita
Kamil, di sebuah webinar bertema satwa liar, beberapa waktu lalu.
Yaki merupakan satwa jenis primata endemik pulau Sulawesi.
Mirisnya, dalam 40 tahun terakhir populasinya sudah menurun drastis hingga 80
persen.
Direktur Program Selamatkan Yaki, Harry Hilser, mengatakan
bahwa penyebab utama penurunan populasi yaki adalah pemanfaatannya sebagai
daging untuk dikonsumsi. Masyarakat setempat menurut Harry telah turun-temurun
mengonsumsi daging yaki sehingga populasinya mengalami penurunan drastis.
Baca Juga:
AI Tak Bisa Gantikan Semua, Inilah 10 Pekerjaan yang Tetap Butuh Sentuhan Manusia
"Itu teridentifikasi sebagai ancaman terbesar bagi masa
depan spesies ini," ujar Harry Hisler.
Secara sosial ekonomi, masyarakat Sulawesi Utara menurut
Hisler sebenarnya memiliki asupan protein dan kalori yang tinggi. Mayoritas
dari mereka juga memiliki tingkat ekonomi di atas garis kemiskinan, sehingga
sebenarnya tidak ada alasan lain bagi mereka untuk mengonsumsi yaki selain
karena kebiasaan yang sudah dilakukan turun-temurun.
Selain itu ancaman lain yang mengancam populasi yaki di
antaranya perburuan, perdagangan satwa ilegal, serta hilangnya habitat seperti
yang dialami hampir semua satwa yang ada di muka Bumi saat ini.