WAHANANEWS.Co, Jakarta – Jasad orang yang telah meninggal umumnya dikubur atau dikremasi. Namun, saat ini telah muncul tren baru, yakni pengomposan yang diklaim lebih ramah untuk Bumi.
Proses ini sebetulnya bisa terjadi secara alami ketika manusia dikubur, tetapi pengomposan ini membuat proses tersebut terjadi lebih cepat.
Baca Juga:
Kasus Kerangkeng Manusia, MA Batalkan Vonis Bebas Eks Bupati Langkat
Pakar menyebut pengomposan mempercepat "apa yang terjadi di lantai hutan."
"Apa yang kami lakukan adalah mempercepat proses yang sepenuhnya alami," kata CEO Earth Funeral Tom Harries, dikutip dari CNN.
Pengomposan manusia muncul sebagai alternatif yang diklaim lebih ramah terhadap iklim dan Bumi. Pasalnya, pengomposan manusia jauh lebih sedikit menghasilkan karbon dibandingkan kremasi dan tidak menggunakan bahan kimia untuk mengawetkan mayat di pemakaman tradisional.
Baca Juga:
Temuan Kerangka Manusia di Bangunan Kosong, Gegerkan Warga Rawamangun Jaktim
Salah satu yang mencoba metode 'pemakaman' ini adalah Laura Muckenhoupt. Ia menggunakan metode pengomposan untuk putranya, Miles, yang meninggal di usia 22 tahun.
"Kita akan membesarkannya. Kami akan membesarkannya, dan kami akan terus menjadi orang tuanya, saudara perempuannya, dan teman-temannya," pikir Muckenhoupt.
Dalam kesedihan yang menyelimuti setelah kematian Miles, mengetahui tanah yang dihasilkan dari putranya mewakili sebuah awal baru membuat Muckenhoupt sedikit terhibur.