WahanaNews.co | Indonesia dihadapkan pada ancaman tsunami besar di daerah selatan
pesisir Pulau Jawa dan sekitarnya, yang bahkan diprediksi sampai ke wilayah
pesisir utara seperti Jakarta.
Kepala Laboratorium Geodesi Institut
Teknologi Bandung (ITB), Heri Andreas, menyebutkan, gempa memiliki kekuatan sangat besar.
Baca Juga:
Garut Diguncang Gempa M 6,5, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa tersebut sedang dalam ujung
siklus perjuangan atau earthquakes cycle.
Berdasarkan data dari Global Navigation Satellite System
(GNSS), terdapat akumulasi energi di bagian megathrust Selat Sunda hingga Pelabuhan Rarty.
Selain itu, ada juga di Parangtritis dan Pantai Jawa Timur
di bagian selatan.
Baca Juga:
Pimpinan BMKG: Sistem Informasi Hidrometeorologi Indonesia sebagai Percontohan Global
Berdasarkan perkiraan, gempa dengan
kekuatan magnitudo 8,7 sampai 9,0 kemungkinan akan ada tsunami
setinggi 20 meter.
Sementara itu, di
Jakarta, gelombang tsunami mencapai 1 hingga 1,5 meter.
Ini diperkirakan lebih kecil
dibandingkan dengan perkiraan tsunami yang terjadi di bagian selatan Jawa.
Dia menyoroti Jakarta yang wilayahnya
sudah berada di bawah laut.
Dengan begitu, terdapat
potensi tsunami yang lebih besar lagi.
Meski begitu, lanjutnya, fakta saat
ini pesisir Jakarta wilayahnya sudah ada di bawah laut hingga minus 1-2 meter,
yang artinya potensi tsunami akan lebih besar.
"Berdasarkan hasil simulasi
model, run-up tsunami dapat mencapai
sebagian besar Pluit, Ancol, Gunung Sahari, Kota Tua, hingga
Gajah Mada. Kalau kita perhatikan, modelnya ternyata nyaris menyentuh
Istana," jelasnya, dikutip Selasa (17/8/2021).
Berdasarkan pemodelan tersebut, Heri
mengisyaratkan bawa tanggul Pantai atau laut di Jakarta memiliki peran penting.
Dari mencegah banjir rob hingga
melindungi wilayah ibu kota dari bahaya tsunami.
"Untuk itu, kita harus mendukung pemerintah dalam mempercepat upaya pembangunan
tanggul sepanjang pesisir Jakarta. Fakta ini, mau tidak
mau, harus diungkap, meskipun terkesan menakut-nakuti," kata
Heri.
Ramalan semacam ini bukanlah yang
pertama.
Sebelumnya, peneliti
ITB, Widiyantoro, pernah mengungkapkan ramalan mengenai
tsunami di Pulau Jawa bagian selatan, tahun
lalu.
Yakni,
memprediksi adanya tsunami setinggi 20 meter di sana.
Ini berawal dari temuan pada 2016,
bahwa tsunami deposit atau jejak endapan bekas tsunami di Pangandaran Jawa
Barat dari gempa yang cukup besar pada 1584-1596.
Penelitian tersebut juga mengemukakan
bahwa di lokasi megathrust pernah
berdampak sejumlah gempa kuat di bagian barat dan timur Pulau Jawa.
Serta dengan pemodelan diturunkan dari
GPS anggota tim riset melakukan simulasi.
Widiyantoro menjelaskan, simulasi bukan hanya tiga skenario.
Namun, tinggi
tsunami akan semakin kecil ke arah timur dengan sumbernya berada di sebelah barat.
"Simulasinya sebenarnya tidak
hanya tiga skenario yang dilakukan, dan sebenarnya yang tepat maksimum 20
meter, dan semakin ke timur semakin kecil, karena
sumbernya di barat. Kalau bagian timur yang pecah, yang sebelah timur lebih
tinggi dari yang barat," kata Widiyantoro, kala itu.
Skenario terburuknya adalah sumber ada
di sebelah barat, akan pecah bersama dengan yang ada timur.
Tsunami 20 meter berada di sebelah
barat, timur setinggi 12 meter, dan bagian tengah sekitar 4,5 - 5
meter.
"Risetnya multi disiplin, tetapi ujungnya skenario kalau megathrust terjadi. Inilah worst
case scenario," pungkasnya. [dhn]