Grisham menyebut ada anggapan jika rumah benar-benar bersih dan rapi, hal itu menandakan orang tersebut baik. Namun, saat hal itu tidak tercapai, seseorang akan merasa rendah diri dan merasa gagal. Pandangan ini menurutnya harus ditinggalkan.
Selaras, Norberg mengatakan tingkat keberantakan rumah pada dasarnya sesuai preferensi. Sementara itu, bisa jadi rumah yang berantakan merupakan tanda sesuatu hal lebih dalam sedang terjadi.
Baca Juga:
Rasa Aman, Lingkungan Yang Nyaman, Dan Relasi Sosial Yang Erat Menjadi Pondasi BATINIAH Yang Membuat Masyarakat Tetap Bahagia Meski Tantangan Ekonomi Datang Silih Berganti
Ia mencontohkan, keadaan berantakan bisa terjadi ketika seseorang mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi atau penyalahgunaan zat. Norberg, orang yang mengalaminya perlu mendapat bantuan, khususnya saat kondisi berantakan berisiko keselamatan atau kesehatan.
Bantuan juga perlu diberikan ketika seseorang tidak dapat menggunakan ruangan rumah sebagai mestinya. Contohnya, ruang tamu biasanya digunakan untuk bersantai, tetapi karena terlalu banyak barang, maka kegiatan itu tidak bisa dilakukan.
Ia menjelaskan, orang dengan kondisi rumah banyak timbunan barang bisa jadi mengalami hoarding disorder atau gangguan penimbunan. Mereka bisa menimbun barang-barang hingga sebuah ruangan, koridor, atau rumah tidak bisa dipakai dengan leluasa sebagaimana mestinya.
Baca Juga:
Mengenal 4 Hormon Bahagia dan Trik Ampuh untuk Meningkatkannya
"Mungkin memenuhi kriteria gangguan penimbunan," ujar Norberg.
Gangguan penimbunan terjadi ketika seseorang mengalami tekanan emosional yang hebat dalam melepaskan suatu benda. Untuk membantu mereka yang mengalami hal ini, perlu orang-orang yang mampu mendukung, meringankan situasi, dan menghargai bila ada kemajuan.
"Kita mungkin tertawa bersama tentang hal-hal konyol yang tersimpan dan itu bisa membantu membuat pengalaman itu menyenangkan, sekaligus memisahkan kebutuhan psikologis (terhadap barang itu) dari nilai fungsionalnya," sambungnya.