"Identitas bahan pengikat, yang sangat efektif dalam cat merah, tetap menjadi misteri," tulis para peneliti.
Menurut penelitian yang telah dipublikasikan pada 28 September di American Chemical Society's Journal of Proteome Research, para peneliti menganalisis sampel kecil cat merah.
Baca Juga:
Indonesia-Viet Nam Sepakat Perkuat Kemitraan Strategis
Pertama, dengan teknik spektroskopi inframerah yang menggunakan cahaya inframerah untuk mengidentifikasi komponen bahan, mereka menemukan bahwa ada protein dalam cat merah.
Mereka kemudian menggunakan spektrometri massa, sebuah metode yang dapat menyortir ion yang berbeda dalam bahan berdasarkan muatan dan massanya, untuk mengidentifikasi protein spesifik.
Para peneliti menemukan bahwa cat merah itu mengandung enam protein yang ditemukan dalam darah manusia.
Baca Juga:
Prabowo dan PM Trudeau Sepakati Kerja Sama Strategis Indonesia-Kanada
"Menariknya, di antara protein yang tersisa, enam ditemukan dalam darah manusia," tulis para peneliti dalam penelitian tersebut, seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (28/10).
Selain itu, cat tersebut juga mengandung protein yang berasal dari putih telur. Protein sangat terdegradasi, jadi tidak jelas dari spesies burung apa telur itu berasal, tetapi para peneliti berhipotesis bahwa itu mungkin bebek Muscovy (Cairina moschata).
"Cat berbasis Cinnabar biasanya digunakan dalam konteks elit sosial dan barang-barang ritual penting," tulis para penulis.