Persaingan global saat ini menuntut
transformasi digital di dalam setiap lini kehidupan.
Maka, sektor-sektor yang ada di
Indonesia juga harus cepat bertransformasi menuju arah tersebut agar tidak
kalah bersaing dengan negara-negara lain.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
"Kalau sudah berbicara digital,
ini pasti borderless. Oleh karena itu, kami sudah mempunyai masterplan
bagaimana mendigitalkan sektor keuangan Indonesia. Kita ketahui kalau sekarang
ini orang mau transfer uang tidak usah pergi ke bank, ini bentuk dari produk
digital di perbankan," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso,
dalam keterangannya di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (10/6/2021).
Kencenderungan perhatian pelaku
industri melihat tren digital ini tergambar dari minat investor di pasar modal
terhadap saham-saham teknologi, khususnya teknologi penyimpanan data (data center).
Head of Research PT Trimegah Sekuritas
Tbk (TRIM), Willinoy Sitorus, menilai, prospek bisnis emiten yang bergerak
di bidang digitalisasi, termasuk data
center, memang masih terbuka lebar di Indonesia.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
"Bisnis database center diperlukan. Karena
teknologi menggunakan HP [handphone], untuk database HP itu
menggunakan database, itu kita simpan
di server, disimpan
di cloud [komputasi awan] ya. Sehingga, kalau
kita lihat Indonesia, masih banyak sistem kita itu
disimpannya di luar negeri," kata Willinoy Sitorus.
Potensi itu membuat bisnis database menjadi sangat diperlukan.
Salah satu kekhawatiran banyak orang
ialah sistem database saat ini masih
bergantung di luar negeri, sehingga fokusnya pada risiko
keamanan data.