WahanaNews.co | Bisnis restoran, yang menjadi salah satu sektor di
pariwisata, masih "berdarah-darah" hingga
saat ini.
Contoh konkretnya, waralaba KFC di Indonesia, yang
sejak 2020 sempat menutup sementara gerai, pemotongan gaji pekerja, merumahkan
pekerja, hingga keuangan yang rugi besar, sampai didemo pekerjanya.
Baca Juga:
Kolaborasi, KADIN-PHRI-HIMPI Kota Bekasi Santuni Ratusan Anak Yatim dan Dhuafa
Bagaimana dengan bisnis resto lainnya?
Jawabannya, sama saja.
Meski sudah memasuki bulan Puasa, yang biasanya dibarengi dengan
permintaan yang meningkat, namun jumlah restoran yang tutup kian bertambah
setiap harinya.
Pada September 2020 lalu, Persatuan
Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sempat membuat survey, yang menyatakan jumlah restoran yang tutup permanen mencapai
1.100.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi Kolaborasi PLN dan PHRI yang Siap Wujudkan Bali Jadi Pusat Pariwisata Hijau
"Belum ada yang mau buka lagi. Artinya, sekarang
prediksi saya sudah bertambah jadi 1.600-anlah restoran di mal dan luar mal
se-Jakarta. Keadaan seperti ini bukannya membaik, tapi nggak ada pergerakan. Sales nggak tumbuh, flat.
Kuenya tambah kecil," kata Wakil Ketua Umum PHRI bidang Restoran, Emil Arifin, kepada wartawan, Kamis
(15/4/2021).
Ia bilang,
mengecilnya kue itu karena banyak pelaku usaha baru yang
membuka bisnis di bidang makanan dan menjualnya secara online.
Bahkan, banyak
juga mantan pegawai restoran yang mulai menjalankan bisnis lain.