WAHANANEWS.CO, Jakarta - Nama Ghazyendha Aditya Pratama, putra dari Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan (Kapolda Kalsel) Irjen Polisi Rosyanto Yudha Hermawan, tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Perhatian publik tertuju padanya setelah unggahan di akun X miliknya, yang menampilkan gaya hidup mewah, beredar luas.
Baca Juga:
Polda Kalsel Dukungan Kegiatan Haul Guru Sekumpul dengan Sumbangan Sapi dan Personel Pengamanan
Akun tersebut telah dihapus pada Jumat siang (28/2/2025), tetapi tangkapan layar dari berbagai unggahannya telah menyebar di dunia maya.
Sorotan bermula dari sebuah unggahan pada Rabu (26/2/2025), yang memperlihatkan tangkapan layar iklan cuitan Ghazyendha.
Unggahan tersebut berisi perayaan ulang tahun mewah Irjen Polisi Rosyanto di tengah isu efisiensi anggaran yang sedang menjadi kontroversi.
Baca Juga:
Kalimantan Selatan Siap Sambut Perhelatan HPN 2025
"Bukannya ini acara seremonial yang seharusnya jadi target 'efisiensi'????" tulis salah satu akun X.
Unggahan ini memicu reaksi luas dari warganet. Dalam sejumlah tangkapan layar yang beredar, akun X @ghazyysuck3r milik Ghazyendha terlihat memamerkan perjalanan dengan jet pribadi dengan keterangan "Hello Palembang" serta membagikan bukti pengeluaran yang mencapai Rp1 miliar.
"Ayahnya narsis, anaknya nggak tahu malu. Ultah bapaknya pakai atribut institusi dan di-boost iklan. Terbaik nggak ada otaknya! Love banget, pengen kirim rudal sekebon," tulis seorang pengguna X.
Tak hanya itu, banyak warganet menandai akun X Divisi Profesi dan Pengamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia (DIVPROPAM POLRI), mendorong mereka untuk mengambil tindakan.
Merespons hal ini, Dinpropam POLRI menyatakan pada Kamis (27/2/2025):
"Halo #SahabatPropam, kami sangat mengapresiasi keterlibatan masyarakat dalam mengawasi kinerja Polri. Pengawasan publik adalah bagian tak terpisahkan dari tugas kami untuk menjaga kepercayaan masyarakat."
Divpropam POLRI menegaskan bahwa evaluasi serta perbaikan akan terus dilakukan untuk memastikan profesionalisme dan integritas kepolisian tetap terjaga.
"Jika ada tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip profesionalisme dan keadilan, masukan dari masyarakat sangat krusial. Kami bekerja tidak hanya untuk masyarakat, tetapi juga bersama masyarakat!"
Namun, pernyataan ini dianggap tidak cukup oleh publik. Seorang pengguna X menanggapi, "Jadi bakal ditindaklanjuti atau nggak nih?"
Di sisi lain, kebijakan efisiensi anggaran pemerintah semakin mendapat sorotan. Presiden Prabowo Subianto telah menegaskan bahwa pemerintahannya harus lebih hemat, bahkan memangkas anggaran kementerian dan lembaga hingga lebih dari Rp300 triliun.
Wahyudi Kumorotomo, Guru Besar Manajemen Kebijakan Publik UGM, mengkritik kebijakan pemangkasan anggaran yang dinilainya tidak seimbang.
"Sektor-sektor yang fundamental bagi pelayanan publik justru terkena dampak pemotongan anggaran," ujarnya pada Jumat (14/2/2025).
Ia menyarankan agar efisiensi anggaran dikaji ulang dan realokasi dana lebih difokuskan pada sektor pendidikan, kesehatan, serta kesejahteraan sosial.
"Bukan berarti menolak penghematan, tapi efisiensi harus tepat sasaran," tambahnya.
Wahyudi juga menyoroti pertumbuhan kabinet yang menyebabkan anggaran meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurutnya, pejabat seharusnya mengutamakan efisiensi pada pengeluaran yang tidak berdampak langsung pada masyarakat, seperti perjalanan dinas yang tidak perlu, pengadaan alat tulis, serta renovasi gedung yang masih layak.
"Saya percaya, jika anggaran ini dipangkas, tidak akan menjadi masalah," ujarnya.
Ia pun menegaskan bahwa pejabat negara harus memberikan contoh dalam hal penghematan.
"Jangan sampai rakyat disuruh berhemat, sementara pejabat tetap hidup mewah. Hal ini hanya akan menyakiti hati masyarakat," katanya.
Menurut Wahyudi, masyarakat akan lebih menerima kebijakan penghematan jika pemerintah sendiri menunjukkan komitmen dalam membatasi pemborosan.
Ia berharap pemerintah lebih memahami realitas yang dihadapi rakyat, terutama dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka.
"Pemerintah harus berpikir bagaimana orang tua bisa tetap bekerja dan menghidupi keluarga mereka di tengah situasi sulit ini," pungkasnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]