WahanaNews.co | Amini (60), warga Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah, sumringah karena anaknya, Agus (38), pulang ke rumah setelah 25 tahun pergi lantaran takut disunat.
Agus tiba di rumah diantar sekitar 20 orang menggunakan tiga unit mobil pada pada Rabu (25/1/2023) sore.
Baca Juga:
Warga Klaten Ditembak OTK Saat Melintas di Kampung, Polisi Lakukan Penyelidikan
Selama 25 tahun, Agus tinggal di Pasar Kepek Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Amini mengaku sempat pasrah ketika usahanya mencari anak bungsu dari tiga bersaudara itu tidak membuahkan hasil. Anak pertama Amini adalah Damar dan anak kedua yaitu Rina.
Agus pergi meninggalkan rumah tanpa pamit saat masih berusia 12 tahun, tepatnya pada 1998, karena takut disunat.
Baca Juga:
Kominfo RI Perluas Jaringan Internet di Lima Desa Lereng Gunung Merapi
"Awalnya mau disunat ke ajrih terus kesah (awalnya mau disunatkan takut terus pergi)," kata Amini, melansir Kompas.com, Jumat (27/1/2023).
Agus pergi dari rumah tanpa pamit ketika Amini sedang menanam melon di sawah. Mengetahui anaknya pergi dari rumah, Amini langsung bergegas pulang mencari anaknya.
Amini mencari anaknya sampai ke berbagai wilayah, yaitu DI Yogyakarta, Stasiun Solo Balapan, Boyolali, dan daerah lain di Klaten. Namun, pencariannya tersebut tidak membuahkan hasil.
Amini tidak putus asa, dia terus mencari keberadaan Agus. Sampai akhirnya Amini pasrah dan berhenti mencari Agus. Amini memutuskan pasrah setelah lima tahun mencari keberadaan Agus karena harus membesarkan kedua kakak Agus.
"Saya pasrah soalnya saya merawat anak tiga. Saya bekerja sendiri. Anak-anak saya masih kecil-kecil belum bekerja, masih sekolah. Jadi saya terus pasrah," kata Amini.
Setiap malam, Amini mengaku selalu memikirkan kondisi Agus. Amini juga sering terbangun dari tidurnya karena anak terakhirnya tak kunjung pulang. Menurut Amini, dirinya meminta Agus untuk disunat tidak secara tiba-tiba.
Sejak jauh hari, dirinya sudah memberitahukan kepada Agus agar mau disunat. Keinginan Amini agar Agus mau disunat itu membuatnya takut dan pergi meninggalkan rumah tanpa pamit.
"Setiap hari, setiap tengah malam bangun tidur saya menangis teringat anak saya. Mau bagaimanapun namanya anak pergi tetap ingin mencari," ungkap Amini.
Sejak kecil, Agus dikenal suka pergi bermain di luar rumah. Agus bermain biasanya sampai malam baru pulang. Agus biasanya juga diantar orang pulang ke rumah. Amini tak menyangka permintaannya disunat membuat Agus pergi meninggalkan rumah hingga 25 tahun.
"Karena takutnya (disunat) sampai pergi dari rumah dan baru pulang kemarin setelah 25 tahun," terang dia.
Banyak yang beranggapan Agus sudah meninggal. Namun, batin Amini mengatakan bahwa Agus masih hidup. Keluarga akhirnya menemukan titik terang keberadaan Agus. Anak pertama Amini, Damar, mendengar ada orang yang mengetahui keberadaan Agus.
Menurut Amini, ada tanda khusus dalam diri Agus. Di kepala Agus terdapat tanda berupa bekas luka terjatuh. Kemudian, di kakinya ada bekas luka saat tersandung tong.
"Terus ada orang yang mengetahui menarik mobil-mobilan pakai rafia di Pasar Kepek. Terus saya tambah yakin kalau itu anak saya," ungkap Amini.
Kepala Desa Sidowayah Mujahit Jaryanto mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan, Agus memiliki penyakit diabetes melitus (DM). Hal ini disebabkan pola hidup Agus yang dinilai kurang sehat karena di pasar.
Pihaknya akan memberikan fasilitas berupa pengobatan kepada Agus melalui penerbitan kartu BPJS PBI. Namun, yang menjadi kendala adalah Agus tidak memiliki KTP.
"Lha untuk proses KTP ini yang agak panjang. Karena dari Mas Agus ini tidak ada data pendukung sama sekali. Ketika tadi saya tanya sama kakaknya Mas Damar itu ternyata ibunya melahirkan Mas Agus di rumah sama dukun desa," ungkap dia. [eta]