"Kasusnya adalah predisposisi genetik untuk hiperovulasi, melepaskan banyak sel telur dalam satu siklus, yang secara signifikan meningkatkan kemungkinan memiliki banyak kelahiran," kata Kiggundu.
Menurut Mayo Clinic, sindrom hiperstimulasi ovarium sebenarnya jarang terjadi. Namun, kondisi ini bisa memicu komplikasi yang berakibat fatal.
Baca Juga:
Kisah Kepedulian AKBP Eddy Mashuri: Sambut dan Antarkan Fatimah Zahra untuk Pengobatan Tumor
Misalnya, hiperovulasi bisa memicu penumpukan cairan di perut atau dada, pembekuan darah, gagal ginjal, ovarium terpuntir, dan masalah pernapasan.
Kini, Nabatanzi hanya bisa berharap agar anak-anaknya bahagia. [ast/cnn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.