WahanaNews.co | Pohon kapur barus sudah lama ada di Nusantara dan sejak abad kedua Masehi banyak dimanfaatkan masyarakat Eropa dan Timur Tengah. Tanaman bernama ilmiah Dryobalanops aromatica Gaertn ini tumbuh di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, dan sebagian wilayah Malaysia.
Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Lingkungan Hidup (BP2LHK) Aek Nauli Sumatera Utara, Ahmad Dany Sunandar, mengatakan pohon kapur merupakan jenis kayu perdagangan (golongan meranti) dan menghasilkan produk khas nonkayu berupa kristal yang populer dengan sebutan kapur atau kamper serta minyak kapur atau ombil.
Baca Juga:
HPN 2024, PWI dan Kementerian BUMN Ajak Masyarakat Tanam 100.000 Pohon di Kawasan CFD
“Pohon kapur sering juga dinamakan sebagai pohon kamper yang sejak zaman dulu sudah jadi komoditas perdagangan yang utama dan sangat berharga,” kata Dany dalam seminar daring bertema “Kapur Barus, Warisan yang Dilupakan” yang diselenggarakan Teater Siklus, Kota Medan, baru-baru ini.
Kegiatan seminar itu dilaksanakan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai bagian dari kampanye Jalur Rempah oleh Kemendikbudristek.
Selain Dany, kegiatan seminar itu menghadirkan narasumber Ichwan Azhari (Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan dan Ketua Asosiasi Museum Indonesia Sumatera Utara), Irfan Simatupang (Ketua Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara), serta Anton Sujarwo, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah.
Baca Juga:
Tiang Listrik PLN Tumbang, Pokok Sawit Lapuk Penyebabnya
Dany yang dihubungi Tempo Kamis, 14 Oktober 2021, mengatakan kamper dari Pulau Sumatera berbeda dengan kamper dari Cina yang berasal dari jenis Cinnamomum champora. Di kawasan Asia Tenggara, berdasarkan literatur yang dibaca Dani, terdapat tujuh spesies pohon kapur, yakni Dryobalanops aromatica, Dryobalanops rappa, Dryobalanops keithii, Dryobalanops lanceolata, Dryobalanops oblongifolia, Dryobalanops fusca, serta Dryobalanops beccarii.
Dari tujuh spesies, hanya Dryobalanops aromatica yang tumbuh di Pulau Sumatera, khususnya di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh, serta Pulau Kalimantan. Dryobalanops beccarii tumbuh di Semenanjung Malaya dan Pulau Kalimantan. Sedangkan lima spesies lagi tanaman kapur endemik di Pulau Kalimantan.
“Nah, dari tujuh spesies itu, Dryobalanops aromatica-lah yang paling populer di dunia dan identik sebagai kapur dari (Kecamatan) Barus di (Kabupaten) Tapanuli Tengah,” ujar Dany.