Penyebaran jenis ini meliputi jazirah atau semenanjung Malaya dan Kalimantan, penyebaran pada elevasi di bawah 400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Di Sumatera, jenis ini banyak tersebar di sepanjang pantai barat, khususnya di daerah Subulussalam (Ibu Kota Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) hingga ke Barus dan Kecamatan Natal di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.
Sebagai jenis kayu perdagangan, kapur merupakan salah satu primadona sehingga menjadi sasaran penebangan dan pemenuhan target tebangan di areal hutan produksi atau hutan yang berstatus HPH (hak penguasaan hutan). Selain di kawasan hutan yang menjadi areal HPH, kayu kapur yang di luar kawasan juga semakin langka dengan adanya perubahan tutupan lahan dari kayu menjadi sawit, karet atau cokelat.
Baca Juga:
HPN 2024, PWI dan Kementerian BUMN Ajak Masyarakat Tanam 100.000 Pohon di Kawasan CFD
“Saat ini, status pohon kapur berada pada taraf critically endangered (terancam punah) menurut Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) karena kondisinya makin kritis dan langka, kata dia.
Semakin berkurangnya populasi kapur di alam disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang terkait dengan sifat alaminya (internal) maupun yang terkait dengan kondisi dan situasi lingkungan yang berkembang (eksternal).
Secara alami, pohon kapur tidak berbuah setiap tahun, sehingga dalam perbanyakannya harus menyesuaikan dengan waktu berbunga dan berbuah pohonnya. Namun jika melihat sebaran alami dan sifatnya yang dominan, secara teori, meskipun kapur tidak berbuah setiap tahun, namun dapat menjadi pohon dominan dan tersebar luar dalam suatu hamparan.
Baca Juga:
Tiang Listrik PLN Tumbang, Pokok Sawit Lapuk Penyebabnya
“Dari sini dapat dapat disimpulkan bahwa jika dibiarkan tanpa terganggu dalam habitatnya, kelestarian pohon kapur dapat terjaga secara alami,” kata Dany.
Dany menukas, penurunan populasi pohon kapur lebih dominan disebabkan oleh perubahan situasi dan minat dari masyarakat secara umum. Ada lima penyebabnya:
Nilai jual kristal kamper dan minyak kapur sudah kalah oleh nilai jual kayunya sehingga produk nonkayunya menjadi kurang diminati.