Hal ini terjadi karena banyak faktor. Antara lain, kurangnya
mendapat kesempatan peningkatan wawasan, baik dari sisi keilmuan maupun berkesenian lainnya.
"Seniman dan budayawan kurang mendapat perhatian atau
apresiasi, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat Indonesia. Selain itu juga karena perangkat kerja yang agak
tertinggal dengan dunia luar dan kurang memiliki daya saing tinggi,"
terang Papa Jak, sapaan
akrabnya.
Baca Juga:
Lestarikan Seni Budaya, Padepokan Garuda Sunda Gelar Debus dan Reak
Menurutnya, kehadiran Union Artis (UA) di kancah kesenian Indonesia bertujuan ikut
mengimplementasikan Revolusi Mental di bidang
kesenian.
Ujud
konkretnya, Union Artis (UA) bertujuan membantu mengangkat harkat dan martabat seniman Indonesia, mengantisipasi kemajuan
teknologi digital, serta menciptakan
ciri seni khas Indonesia, seperti Korea dengan K-Pop-nya, Jepang dengan spirit Bushido-nya, dan lain-lain.
"Potensi seni dan kebudayaan Indonesia bisa menjadi
peminat pariwisata internasional. Tentunya ini akan berdampak memperkuat dan
memberikan nilai bagi pelaku dan pekerja seni itu sendiri. Peran pengembangan
dan pemberdayaan akan dilakukan Union Artis sampai ke daerah-daerah
nantinya," pungkas Papa Jak.
Baca Juga:
Pengembangan Pariwisata Kawasan Danau Toba: Tantangan dan Peluang
Rapat Pendiri Union Artis ini dihadiri sejumlah tokoh seni dan budaya nasional.
Antara lain, Eddie
Karsito (Budayawan), Syamsul B Adnan (Sineas), Munier Khan (Musisi/Penyanyi),
Sukendro (Sineas), TB Irvannul Hakim (Budayawan), Hendra (Producer), Gandhy
Samudra (Produser),Adam
Risky Putrasyam (Konten Kreator), Ahmad Saikho (Musisi), Steven Sahelangi
(Pelaku Ekonomi Kreatif),
dan Gus Din atau RB Syafrudin Budiman SIP (Konsultan Media/Wartawan Seni dan
Budaya).
Visi & Misi Union Artis