Dilansir dari Livescience, peneliti juga telah meneliti soal karakter malas seseorang dengan pengaruh genetika, menggunakan peraga tikus.
Sekelompok ilmuwan memasukkan tikus ke dalam kandang dengan running wheel dan mencatat berapa banyak waktu yang dihabiskan masing-masing untuk berlari selama periode enam hari.
Baca Juga:
Malas Masuk Kerja, Tahun 2023 Dua Jaksa di Sulsel Dipecat
Mereka kemudian membiakkan 26 pelari teratas satu sama lain, dan memasangkan 26 tikus paling malas.
Proses pembiakkan selektif ini diulangi selama 10 generasi, dan para peneliti menemukan bahwa tikus di jalur yang aktif 10 kali lebih mungkin untuk berlari daripada tikus yang dibiakkan di jalur pemalas.
"Sementara kami menemukan perbedaan kecil dalam komposisi tubuh dan tingkat mitokondria dalam sel otot tikus, hal terpenting yang kami identifikasi adalah perbedaan genetik antara dua garis tikus," ujar peneliti studi Michael Roberts dari University of Missouri's College of Veterinary Medicine.
Baca Juga:
Tips Simpel dan Ampuh Mengatasi Bad Mood
"Dari lebih dari 17.000 gen berbeda di satu bagian otak, kami mengidentifikasi 36 gen yang mungkin berperan dalam predisposisi motivasi aktivitas fisik," lanjutnya.
Bisakah diobati?
Jika kemalasan adalah produk genetik, lantas adakah obat untuk meminimalkan gangguan psikologis ini?