WahanaNews.co | Sikap disiplin mesti ditanamkan kepada anak sejak dini agar tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Orangtua perlu memilih cara yang cerdas dan sehat agar anak memahami intinya lalu tertanam dalam dirinya.
Baca Juga:
9 Cara Singkirkan Kantung Mata Secara Alami, Yu Simak!
Metode disiplin positif ini juga baik untuk kesehatan mental dan fisik yang lebih baik sekaligus menghadirkan masa kecil yang bahagia.
Melatih kedisiplinan anak usia dini dengan metode positif Banyak orangtua sering kali kehabisan kesabaran ketika berusaha mendisiplinkan anaknya.
Tak jarang, sikap marah-marah, kasar dan kejam ditempuh demi anak bisa berperilaku sesuai kehendak kita.
Baca Juga:
5 Cara Mengatur Jadwal Belajar secara Efektif, Yu Simak!
Faktanya, berteriak dan kekerasan secara fisik tidak akan pernah membantu, baik untuk anak usia dini maupun remaja.
Lucie Cluver, profesor urusan sosial anak dan keluarga Universitas Oxford, Inggris mengatakan metode disiplin positif sebenarnya jauh lebih efektif.
“Orang tua tidak mau membentak atau memukul anak-anaknya. Kita melakukannya karena kita stres dan tidak melihat cara lain,” katanya.
Cara kasar itu juga berdampak buruk untuk jangka panjang karena menciptakan "stres beracun", yang bisa memicu kemungkinan putus sekolah yang lebih tinggi, depresi, penggunaan narkoba, bunuh diri, dan penyakit jantung.
Alih-alih hukuman dan larangan semata, pendekatan disiplin positif menekankan pada pengembangan hubungan yang sehat dengan anak dan menetapkan ekspektasi seputar perilaku.
Seperti apa caranya? Simak uraian pakar yang juga ibu dari dua anak ini.
Rencanakan sesi 1 on 1
Momen ini baik untuk membangun hubungan yang baik dan terlebih lagi dengan anak-anak Anda.
“Bisa 20 menit sehari. Atau bahkan lima menit. Anda dapat menggabungkannya dengan sesuatu seperti mencuci piring bersama sambil menyanyikan lagu atau mengobrol sambil mencuci, ”kata Profesor Cluver.
Kuncinya adalah fokus pada anak termasuk dengan mematikan TV atau ponsel sehingga kita bisa mendapatkan maupun memberikan perhatian penuh pada buah hati.
Pujian positif
Sebagai orangtua, kita sering fokus pada perilaku buruk anak-anak kita dan membahasnya.
Anak-anak mungkin membaca ini sebagai cara untuk mendapatkan perhatian kita sehingga melanggengkan perilaku buruk itu, bukannya menghentikannya.
Anak-anak berkembang dengan pujian karena membuat mereka merasa dicintai dan istimewa.
“Perhatikan ketika mereka melakukan sesuatu yang baik dan pujilah mereka, bahkan jika itu hanya bermain selama lima menit dengan saudara mereka,” saran Profesor Cluver.
“Ini dapat mendorong perilaku yang baik dan mengurangi kebutuhan akan disiplin.”
Tetapkan ekspektasi yang jelas
“Memberitahu anak Anda apa yang Anda ingin mereka lakukan jauh lebih efektif daripada memberi tahu mereka apa yang tidak boleh dilakukan,” kata Profesor Cluver.
Larang sering kali membuat anak bingung karena mereka tidak tahu apa yang sebaiknya dilakukan.
Berikan instruksi yang jelas misalnya permintaan agar anak memasukkan mainannya ke kotak sebagai ekspektasi yang nyata.
“Tapi penting untuk menetapkan harapan yang realistis. Meminta mereka untuk tetap diam sepanjang hari mungkin tidak semudah meminta waktu tenang selama 10 menit saat Anda sedang menelepon,” kata Profesor Cluver.
“Anda tahu kemampuan anakmu. Tetapi jika Anda meminta yang tidak mungkin, mereka akan gagal.
Mengalihkan perhatian secara kreatif
”Mengalihkan perhatian secara kreatif Saat anak bertingkah menyulitkan, kita dianjurkan mengalihkan perhatian mereka dengan aktivitas yang lebih positif.
“Saat Anda mengalihkan perhatian mereka ke hal lain – dengan mengubah topik, memperkenalkan permainan, membawa mereka ke ruangan lain, atau berjalan-jalan, Anda berhasil mengalihkan energi mereka ke perilaku positif."
Perhatikan pula soal waktunya, kapan kita seharusnya sadar ada yang salah dan perlu mengambil tindakan.
Misalnya ketika anak menjadi gelisah, kesal atau mulai merah sehingga kita harus meredakan situasi sebelum hal buruk terjadi.
Berikan konsekuensi yang tenang
Berikan konsekuensi yang tenang Metode disiplin positif juga melibatkan pemahaman kepada anak soal berbagai konsekuensi perilaku buruk mereka.
Jelaskan kepada anak soal dampak dan risiko yang bisa terjadi pada mereka jika terus berperilaku tidak disiplin.
Lalu sampaikan peringatan dan kesempatan agar anak mengubah perilaku mereka.
Jika anak tidak berhenti, berikan konsekuensinya dengan tenang dan tanpa menunjukkan kemarahan.
Misalnya ketika anak tidak mau menghabiskan makanannya maka waktu mainnya juga akan berkurang.
"Hargai dirimu sendiri untuk itu - itu tidak mudah!" tambah Profesor Cluver.
"Jika mereka berhenti, beri mereka banyak pujian untuk itu," tambahnya.
“Apa yang Anda lakukan adalah menciptakan umpan balik positif untuk anak Anda. Konsekuensi yang tenang terbukti efektif bagi anak-anak untuk belajar tentang apa yang terjadi ketika mereka berperilaku buruk.
” Konsisten adalah faktor kunci dalam mengasuh anak secara positif, oleh karena itu mengikuti konsekuensinya adalah penting.
Pastikan untuk memberikan konsekuensi yang realistis bukan hanya sekedar mengancam seperti melarang penggunaan smartphone selama satu minggu. [ast]