WahanaNews.co | Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
menjelaskan soal fenomena Surya Pethak
yang diduga menyebabkan suhu Bumi lebih dingin.
Menurut Edukasi Sains
Antariksa, Surya Pethak merupakan
Matahari yang berwarna putih pada siang hari sejak terbit hingga terbenamnya
Matahari.
Baca Juga:
Anasir Intoleran dan Kontroversi Aparatur BRIN Minim Prestasi: Presiden Jokowi Perlu EvaluasiĀ
Kemungkinan kabut awan
yang menyelimuti permukaan Bumi menimbulkan penurunan aktivitas Matahari,
seperti yang pernah terjadi tahun 1645-1715.
Fenomena tersebut
dikenal dengan Maunder Minimum yang
berasal dari seorang astronom Matahari, Edward Walter Maunder, dan istrinya, Annie Russell Maunder.
"Fenomena ini
berlangsung ketika zaman es kecil atau rendahnya suhu rata-rata bagi kawasan
Eropa dalam waktu yang cukup lama, antara tahun 1550 hingga 1850," tulis
Andi Pangerang, seperti dikutip dari situs Edukasi
Sains Antariksa, Minggu (1/8/2021).
Baca Juga:
6 Fenomena Astronomis Ini Akan Terjadi di 2023, Ada Gerhana Matahari Hibrida!
"Meskipun demikian,
tidak cukup bukti bahwa Maunder Minimum ini dapat menyebabkan zaman es kecil,
terlebih lagi, awal zaman es kecil lebih awal seratus tahun daripada Maunder
Minimum," lanjut Andi.
Oleh sebab itu, hubungan
antara siklus Matahari dan pendinginan iklim tidak terkait sama sekali.
Apabila ada aktivitas
Matahari minimum berkepanjangan, sehingga iklim Bumi mendingin (yang mana
keduanya tidak terbukti), maka pendinginan dari aktivitas Matahari minimum yang
berkepanjangan tidak mungkin mengurangipemanasan yang disebabkan manusia
dalam jangka panjang.