WahanaNews.co | Sebuah video yang memperlihatkan terapis menjepit seorang anak dengan kedua kakinya viral di media sosial (medsos). Anak yang disebut-sebut menderita Autism Spectrum Disorder (ASD) itu tampak kesakitan, sementara si terapis malah asyik bermain ponsel bahkan tertidur.
Korban disebut-sebut tengah menjalani terapi wicara untuk anak dengan autisme. Kejadian yang disebut-sebut terjadi di Depok, Jawa Barat itu kini tengah diusut oleh aparat kepolisian.
Baca Juga:
Kesulitan Berhenti Merokok? Konsultasi Psikiater dan Ahli Kesehatan Jiwa di Klinik
Lantas, bagaimana seharusnya terapi wicara untuk anak dengan autisme dilakukan? Apakah menjepit dengan kedua kaki merupakan salah satu cara terapi untuk anak autis?
Psikolog anak Mira D. Amir menyebut terapi wicara yang diberikan terhadap anak dengan autisme seharusnya tak disertai kekerasan. Seorang terapis seharusnya paham bagaimana menghadapi anak dengan autisme yang terkadang kesulitan untuk fokus pada satu atau lain hal.
"Sangat disayangkan. Seharusnya tidak memakai kekerasan, karena terapi, kan, untuk meningkatkan kemampuan adaptasi, bukan untuk menyiksa," kata Mira, dilansir dari CNN, Sabtu (18/2/23).
Baca Juga:
Kisah Haru Siswi Autisme Asal Amerika Serikat Diterima di 18 Universitas
Anak dengan autisme, kata Mira, memang sering kesulitan untuk mematuhi seseorang, termasuk patuh kepada terapis. Tapi hal ini bukan serta merta memperbolehkan terapi untuk melakukan tindak kekerasan terhadap mereka.
Memang, salah satu kegiatan yang biasa dilakukan saat terapi adalah 'menjepit' atau 'menahan' anak di antara meja. Mira mengatakan bahwa posisi ini dilakukan untuk membuat anak lebih fokus saat melakukan terapi.
Biasanya terapis memiliki alat mirip meja yang memiliki ruang kosong di tengahnya. Anak akan dibiarkan berada di ruang kosong tersebut, tapi tentu saja dilakukan tanpa kekerasan dan unsur pemaksaan.