WahanaNews.co | Kerangka manusia purba berjenis kelamin wanita yang diperkirakan
berumur 7.200 tahun ditemukan di Gua Paninge, Sulawesi Selatan, Indonesia.
Menariknya, manusia purba ini bukan
dari jenis Neanderthal dan Homo Sapiens, tapi Denisovans.
Baca Juga:
Prabowo akan Terima Kunjungan Resmi PM Albanese ke Indonesia
Genom manusia purba itu juga
mengungkapkan kalau dirinya adalah kerabat jauh Suku Aborigin di Australia dan
Melanesia atau orang Pribumi dari Pulau New Guinea dan Pasifik Barat, yang
nenek moyangnya adalah manusia pertama yang mencapai wilayah Oseania.
Seperti orang Aborigin Australia dan
New Guinea, wanita purba tersebut memiliki proporsi DNA yang signifikan dari
spesies manusia purba yang dikenal sebagai Denisovans.
Penemuan ini sangat kontras dengan
pemburu dan peramu kuno lainnya dari Asia Tenggara, seperti Laos dan Malaysia,
yang tidak memiliki keturunan Denisovans, ungkap pemimpin studi, Cosimo Posth.
Baca Juga:
Australia-Bali Perkuat Kerja Sama Lewat Kampanye Etika Wisata
"Penemuan genetik ini menunjukkan
bahwa Indonesia dan pulau-pulau sekitarnya, daerah yang dikenal sebagai
Wallacea, memang merupakan titik pertemuan untuk peristiwa pencampuran utama
antara Denisovans dan manusia modern dalam perjalanan awal mereka ke
Oseania," kata dia, seperti dikutip dari Livescience, Jumat (27/8/2021).
Posth dan para peneliti lainnya sudah
lama tertarik pada Wallacea, yang diperkirakan bahwa manusia purba melakukan
perjalanan melalui Wallacea, 50 ribu tahun silam, sebelum mereka mencapai Australia dan pulau-pulau sekitarnya.
Kerangka manusia purba berjenis
kelamin wanita tersebut ditemukan pada 2015.
"Ini adalah penemuan yang
menarik. Karena, untuk pertama kalinya kerangka manusia yang relatif lengkap
ditemukan terkait dengan artefak," paparnya.
Manusia purba itu dijuluki Bessé",
yang berasal dari budaya pemburu-pengumpul yang dikenal sebagai Toaleans, yang
dianggap terkait dengan pemukim paling awal di Indonesia.
Hingga 65 ribu tahun yang lalu, selama
zaman es terakhir, nenek moyang Toaleans mungkin tiba melalui laut dari daratan
Asia.
Sementara budaya Toaleans sepertinya
tidak pernah berhasil melewati pulau Sulawesi di Indonesia, tampaknya kerabat
mereka terus maju.
"Para pemburu-pengumpul pelaut
ini adalah penghuni paling awal Sahul, benua super yang muncul selama
Pleistosen (Zaman Es) ketika permukaan laut global turun, memperlihatkan
jembatan darat antara Australia dan New Guinea," jelas arkeolog Adam Brumm
dari Griffith University di Australia.
Beberapa alat dan artefak yang tersisa
dari budaya lama mereka tampaknya terbatas hanya di Sulawesi Selatan, yang
menunjukkan bahwa budaya itu cukup kecil dan terisolasi.
Yang cukup menarik, bagaimana pun,
Bessé" tidak memiliki nenek moyang yang jelas dengan manusia modern yang
tinggal di Pulau Sulawesi.
"Kami bahkan berpikir bahwa para
petani Neolitik dari tempat yang sekarang bernama Taiwan mulai menggantikan
budaya Sulawesi kecil sekitar 3.500 tahun silam," tutur Brumm.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang
manusia purba yang meninggal dunia pada usia 18 tahun ini, baik Posth maupun
Brumm, mempelajari DNA purba wanita itu yang masih tersimpan di tulang telinga
bagian dalam.
Analisis tersebut menandai pertama
kalinya para peneliti mempelajari genom manusia purba di Wallacea.
Genom wanita itu menunjukkan bahwa dia
sama-sama berkerabat dengan Aborigin Australia dan Papua.
Namun, garis keturunannya memisahkan
diri dari populasi ini pada waktu awal.
Garis keturunan wanita ini tampaknya
sudah tidak ada sehingga membuatnya menjadi garis keturunan manusia yang
berbeda yang sebelumnya tidak diketahui.
"Kami belajar bahwa ada populasi
yang sebelumnya tidak dikenal yang bermigrasi ke seluruh wilayah ini
(Sulawesi). Mungkin pada waktu yang hampir bersamaan dengan nenek moyang
populasi saat ini di Papua atau Australia," kata mereka. [qnt]