"Lebarnya kesenjangan metodologi dan data terkait food loss and waste di antara negara-negara G20 mengakibatkan kesulitan mengukur kemampuan setiap negara untuk mendukung ketersediaan pangan global," dia menambahkan.
Hal senada disampaikan Chief Economist FAO MAximo Torero Cullen. Dimana, data sisa makanan akan memberikan informasi yang memadai bagi regulator mengenai arus sisa makanan itu sendiri di dalam rantai pasok.
Baca Juga:
TNI Gelar Gerakan Nasional Ketahanan Pangan di 385 Titik Wilayah Indonesia
"Saat ini masih ada kesenjangan data. Dimana hanya 7% data yang dilaporkan resmi ke FAO. Sedangkan 93% data lainnya adalah hasil perhitungan dan estimasi," kata Torero.
Terutama, data mengenai sisa makanan yang hingga saat ini tidak ada kejelasan informasi yang dibutuhkan. Padahal, itu bisa menjadi acuan untuk menghasilkan rekomendasi aksi yang akan menjadi solusi yang bisa ditetapkan level regulator. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.