WahanaNews.co | Sebuah kamar kos putri viral di media sosial. Cuplikan video menampilkan tumpukan sampah.
Video tersebut pertama kali diunggah oleh salah satu akun TikTok pada Rabu, 12 Oktober 2022.
Baca Juga:
RDF Plant Jakarta Solusi Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan dan Berpotensi Hasilkan PAD yang Cukup Besar
Tampak setiap sudut ruangan dipenuhi sampah botol minuman dan bungkusan makanan membuatnya tidak layak dihuni.
Selain itu, kamar tersebut juga dipenuhi dengan sampah kertas, sisa bungkus makanan dan baju-baju berserakan.
Bahkan, karena sampah yang menggunung, tak terlihat tempat untuk sekadar duduk apalagi untuk berbaring di dalam kamar tersebut.
Baca Juga:
Dunia Dibalik Jeruji, Penggeledahan Kamar Hunian di Lapas Kelas IIA Sibolga
Merespons video viral tersebut, ramai-ramai warganet Indonesia menyebut bahwa penghuni kamar kos penuh sampah itu seorang hoarding disorder.
Lantas, benarkah seseorang hoarding disorder akan berlaku demikian? Mari simak ulasannya di bawah ini.
Seperti dikutip dari berbagai sumber, hoarding disorder adalah situasi cemas yang menyebabkan penderita sulit untuk berpisah atau membuang barang yang sudah ia miliki, meskipun barang tersebut tidak memiliki nilai, seperti dalam kasus ini “sampah” Hoarding disorder termasuk dalam obsesif kompulsif terkait trauma.
Obsesif kompulsif sendiri merupakan pemikiran dan perilaku berulang-ulang, dan masuk dalam gangguan kecemasan. Dengan demikian seorang hoarding disorder sebelumnya mengalami masalah-masalah yang ia sendiri sulit untuk mengatasinya.
Bagi mereka, perasaan cemas akan muncul apabila ada sesuatu yang terbuang. Oleh karenanya, mereka menyimpan semua barang termasuk sampah.
Penyebab
Penyebab seseorang menjadi hoarding disorder salah satunya dipicu karena pernah merasakan kehilangan yang membuatnya cukup sedih, biasanya karena kehilangan seorang yang dicintai.
Sehingga ia menganggap akan lebih aman apabila menyimpan sesuatu agar tak lagi merasa kehilangan.
Beberapa sumber menyebut, hoarding disorder dapat dialami oleh anak-anak. Meski demikian, hoarding disorder akan lebih tampak saat seseorang menginjak usia remaja atau usia 50 tahun ke atas. Mengapa?
Hal ini dikarenakan usia 50 tahun merupakan masa-masa yang penuh dengan kehilangan, diantaranya kehilangan orang yang dicintai seperti pasangan, teman karena meninggal dunia, maupun anak karena merantau.
Gejala
Beberapa ahli mengatakan, hoarding disorder memiliki tiga tingkat, mulai dari rendah, sedang hingga ekstrem. Tingkat rendah biasanya seorang hoarding disorder akan terlihat jelas di kamar yang terlihat berantakan.
Kemudian pada tingkat sedang, kondisi berantakan tidak hanya terlihat di kamar, melainkan sudah merambat ke seluruh rumah.
Lebih lanjut, pada tingkatan ekstrem, orang normal bakal berpikir bahwa rumah sudah tidak bisa dihuni lagi karena sangat berantakan dan juga beraroma tidak sedap. Di sisi lain, gejala umum seorang hoarding disorder adalah mudah tersinggung atau marah saat dinasehati.
Contohnya saat diberitahu kalau perilaku demikian tidak baik. Diagnosis Untuk mencari tahu apakah perilaku kamar berantakan dan suka menimbun barang merupakan hoarding disorder, perlu memeriksa kualitas hidup terlebih dahulu.
Jika orang yang dicurigai ternyata karier serta hubungan dengan keluarga dan teman baik-baik saja, maka ia tidak termasuk hoarding disorder.
Sebaliknya, jika mereka memiliki kualitas karier serta hubungan antar keluarga dan teman buruk, mereka dapat dicurigai terkena hoarding disorder, dan khawatirnya ini akan bertambah buruk di hari-hari ke depan.
Langkah mencegah
Untuk mencegahnya terjadi pada anak, orang tua disarankan tidak terlalu sering meninggalkan anak. Terlalu sering meninggalkan anak dapat mengakibatkan kecemasan pada anak, imbasnya mereka akan “memegang erat” apa yang mereka miliki.
Selain itu, apabila kamu memiliki teman atau keluarga seorang hoarding disorder, sebaiknya segera ajak mereka berkonsultasi ke psikolog. [tum]