“Peristiwa ini terjadi ketika cahaya matahari dibelokkan dan dihamburkan oleh partikel kecil berupa kristal es atau tetesan air di awan, sehingga menghasilkan warna-warni menyerupai pelangi,” ujar Guswanto, melansir Kompas, Jumat (26/12/2025).
Ia menerangkan bahwa awan iridescent umumnya muncul pada awan tipis seperti cirrus atau altostratus yang memiliki partikel berukuran relatif seragam.
Baca Juga:
Fenomena Langit Paling Ditunggu, Gerhana Total Siap Lintasi 3 Benua pada 2027
Saat cahaya matahari melewati partikel-partikel tersebut, cahaya putih akan terurai menjadi spektrum warna yang tampak berkilau di tepi awan.
Secara visual, fenomena ini terlihat sebagai kilauan warna pelangi yang muncul tidak beraturan dan dapat berubah-ubah mengikuti pergerakan awan.
Berbeda dengan pelangi pada umumnya, awan iridescent tidak membentuk lengkungan atau lingkaran sempurna, melainkan muncul secara acak di sebagian kecil awan atau di sekitar matahari.
Baca Juga:
Jangan Lewatkan, Ada Bulan Stroberi hingga Okultasi Spica pada Juni 2025
Guswanto membenarkan bahwa awan iridescent memang teramati di wilayah Pegatan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, pada Senin (22/12/2025).
Ia menambahkan bahwa momen tersebut terekam bersamaan dengan azan Zuhur yang berkumandang, sehingga sebagian warga mengaitkannya dengan tanda-tanda alam tertentu.
“Padahal, ini adalah kejadian alam biasa yang memang jarang terlihat karena membutuhkan kondisi atmosfer tertentu, seperti awan tipis, partikel berukuran seragam, dan posisi matahari yang tepat,” jelasnya.