WahanaNews.co | Kapal ikan KM Bali Permai-169 mengalami hilang kontak pada Jumat (30/7/2021) pukul 11.30 WITA di Samudera Hindia. Setalah 2 bulan berlalu, kapal yang membawa 19 Anak Buah Kapal (ABK) tersebut belum ditemukan.
Kepala Basarnas Bali Gede Darmada mengatakan, kapal berangkat dari Pelabuhan Benoa menuju area fishing ground (daerah penangkapan iklan) pada Sabtu (10/7). Komunikasi terakhir antara pemilik kapal dari daratan dengan awak kapal dilakukan menggunakan radio Sabtu (24/7).
Baca Juga:
KPK Ungkap Soal Kasus PT Jembatan Nusantara dan ASDP yang Rugikan Negara
Pada Selasa (27/7), kapal sudah tak terdeteksi pada Vessel Monitoring System (VMS) atau tracking pemilik kapal. Berdasarkan data VMS tersebut, lokasi kapal terakhir berada pada koordinat 29° 20.202' S - 100° 55.074' T atau berjarak sekitar 1.471 NM dari Kantor SAR Denpasar dan 791 NM dari Perth, Australia.
Pemilik kapal sempat berinisiatif mencari kapal tersebut dengan mengerahkan sejumlah kapal lain. Namun, hasilnya nihil. Pada Jumat (30/7), pemilik kapal melaporkan hilang kontak kepada Basarnas Denpasar.
Titik koordinat terakhir kapal tersebut merupakan teritorial Australia. Basarnas Indonesia selanjutnya berkoordinasi dengan Joint Rescue Coordination Centre (JRCC) Australia.
Baca Juga:
Tim Sar Dikerahkan Cari Kapal Angkut Wisatawan Dilaporkan Tenggelam di Takalar Sulsel
Australia mengerahkan 3 pesawat jenis RSCU 440, ADF P8, dan RSCU 251 untuk mencari dan mendeteksi radar dan puing-puing kapal.
Basarnas Denpasar dan pemilik kapal mengerahkan 15 unit kapal ikan lain. Luas area pencarian sekitar 4.300 NM. Operasi pencarian dihentikan pada hari ketujuh. Kapal masih tak ditemukan.
Tim operasi pencarian JRCC Australia menilai ada dua sebab kapal belum ditemukan. Pertama, kapal terbalik dan awak kapal meninggalkan kapal dengan rakit atau tenggelam.
Kedua, kapal meninggalkan lokasi terakhir setelah alat komunikasi rusak total dan GPS tracking tidak berfungsi.
Sementara itu, ada tiga penilaian terhadap kondisi ABK. Pertama, apabila kapal terbalik dan ABK jatuh ke laut menggunakan life jacket, maka batas bertahan hidup atau selamat kecil.
Kedua, apabila kapal terbalik dan ABK menggunakan rakit maka peluang selamat ada.
Ketiga, apabila kapal hanya mengalami kerusakan pada alat komunikasi, maka peluang ABK hidup masih ada. Sebab, kebutuhan logistik mereka bisa untuk bertahan hingga Oktober 2021.
“Sampai saat ini kami masih melakukan pemantauan. Jika ada informasi akurat keberadaan korban maka secara otomatis operasi SAR kembali kami aktifkan,” kata Darmada, Kamis (9/9).
Surat Kapal Hilang Terbit 4 September 2021
Beredar informasi bahwa keluarga ABK baru mendapatkan surat pemberitahuan kapal hilang kontak dari pemilik dua bulan setelah kapal dilaporkan hilang kontak atau Sabtu (4/9). Pihak keluarga dikabarkan meminta kepastian tentang kondisi ABK.
kumparan belum bisa menghubungi pihak keluarga untuk mengkonfirmasi hal ini. Namun, pemilik kapal atau PT Putra Jaya, Made Yudiarta, membenarkan hal tersebut.
Yudiarta menuturkan, sebagian besar pihak keluarga langsung dikabari kapal hilang kontak antara tanggal 30 dan 31 Juli lalu.
Pihak perusahaan kesulitan menemukan kontak keluarga dua ABK yang berasal dari Bogor, Jawa Barat, dan Palembang, Sumatera Selatan.
"Karena kami belum bisa memastikan kapal tenggelam atau bagaimana sambil menunggu informasi pencarian kami cari nomor kontak keluarga ini, semua ABK saya tanya nomor kontak keluarganya, nggak ada yang mau kasih nomor keluarganya. Enggak tahu kenapa," kata Yudiarta saat dihubungi, Kamis (9/9).
"Akhirnya saya punya inisitif saya kirim surat ke alamat yang sesuai dengan di KTP. Memang benar saya menyurati dua orang itu, tapi semua tanggal 30 (Juli) tanggal 31 (Juli), sudah kita hubungi, kok, bahwa ada kejadian lost contact," sambung Yudiarta.
Yudiarta mengatakan, hingga saat ini, ia masih mencari secara mandiri KM Bali Permai 169 dengan mengerahkan tiga kapal ikan.
Hal ini karena kebutuhan logistik kapal bertahan hingga Oktober. Gaji ABK rutin dikirim ke pihak keluarga sampai operasi pencarian dihentikan pada Oktober mendatang.
Yudiarta memastikan kapal kayu yang berukuran 27,5 meter dan lebar 7,65 meter tersebut laik melaut. Ia menegaskan, cuaca terpantau cerah saat mereka melaut.
"Kapal laik, kita rutin check up kondisi kapal," kata dia. [rin]