Benny menambahkan alat tersebut masih aktif, karena lampu indikatornya masih menyala. Ia menegaskan penemuan alat tersebut akan diteliti TNI AL apakah untuk kepentingan militer atau pelayaran umum.
"Kalau saya lihat lampunya masih berkedip. Alat akan diteliti Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut," kata dia.
Baca Juga:
Potensi Pendapatan Negara dari Ekspor Pasir Laut Capai Rp2,5 Triliun: Analisis Awal dan Tantangan Regulasi
Sementara itu, Komandan Gugus Keamanan Laut Laksamana Pertama TNI I Gung Alit Jaya mengatakan pihaknya menerima dua alat sensor tersebut pada Jumat (18/2) dari TNI-Polri dan Camat Pasimasunggu. Ia menjelaskan dua alat sensor tersebut ditemukan pada waktu berbeda.
"Yang hijau ini ditemukan pada 9 Februari 2022 oleh nelayan bernama Bapak Arifin. Sedangkan yang merah ini ditemukan diperkirakan 10 tahun lalu juga oleh warga Selayar," kata dia.
Ia menyebut kedua benda tersebut memiliki fungsi yang sama yakni sensor bawah laut. Ia menegaskan kedua alat tersebut masih dalam kondisi aktif.
Baca Juga:
Pakar Ungkap Gegera Sampah Plastik Cemari Laut RI, Negara Rugi Rp225 Triliun per Tahun
"Kemampuan benda ini adalah memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan mengambil data yang dibutuhkan di bawah laut," tuturnya.
Alit mengaku belum bisa memastikan alat tersebut apakah digunakan untuk militer atau kepentingan pelayaran umum. Meski demikian, penemuan alat tersebut membuat TNI AL waspada.
"Sehingga kemungkinan ke depannya harus lebih waspada, karena perairan Sulawesi ini menjadi penting bagi Internasional, karena kedalaman cukup tinggi. Di samping itu juga ada potensi ekonomi juga," ucapnya. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.