WahanaNews.co | Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan telah terjadi ratusan gempa pascagempa bumi yang mengguncang Kota Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Selasa, 14 Desember 2021.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno mengatakan, setidaknya terjadi 267 gempa susulan di NTT, hingga Rabu (15/12) pukul 07.00 WIB
Baca Juga:
Gempa Sesar Anjak Langsa Magnitudo 4.4, Guncangan Kuat di Wilayah Perbatasan Aceh-Medan
"Hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 267 aktivitas gempa bumi susulan ( aftershock)," kata Bambang dalam keterangan tulis, Rabu (15/12).
Bambang menerangkan bahwa gempa dengan kekuatan puncak mencapai magnitudo 7,4 itu terjadi imbas aktivitas sesar Flores. Menurut dia, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposentrumnya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif di Laut Flores.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike slip)" kata dia.
Baca Juga:
Pemkot Jakarta Barat Sosialisasi Mitigasi Gempa, Antisipasi Megathrust
Guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Ruteng, Labuan Bajo, Larantuka, Maumere, Adonara dan Lembata III – IV MMI (Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), Tambolaka, Waikabubak, Waingapu III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu).
Bambang mengatakan, hingga saat ini terdapat laporan kerusakan bangunan gedung dan rumah penduduk di Pulau Selayar, Sulawesi Selatan akibat gempa bumi tersebut.
Menurut Bambang, hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini berpotensi tsunami, dengan tingkat ancaman waspada di Flores Timur bagian utara, Pulau Sikka, Sikka bagian utara dan Pulau Lembata.
"Hasil monitoring Tide Gauge menunjukkan adanya kenaikan muka air laut setinggi 7 cm di Stasiun Tide Gauge Reo dan Marapokot, Nusa Tenggara Timur. Peringatan dini tsunami telah diakhiri pada pukul 12.27 WIB," tandasnya. [qnt]