“Kita berharap dengan pelatihan ini, para petani dapat menggunakan pupuk organik. Jadi, bukan hanya pupuk kimia saja, tetapi bagaimana petani dapat memaksimalkan PGPR dan POC yang hari ini kita latih mereka bagaimana cara membuatnya,” jelas Ikbal.
Ikbal mengatakan, kebutuhan pupuk subsidi di Indonesia semakin terbatas, sehingga dengan pelatihan ini diharap dapat menjadi solusi terbaik bagi petani dalam melakukan budidaya tanaman.
Baca Juga:
Sumedang Benchmarking Pengembangan Komoditas Tembakau di Jawa Barat, Optimalkan Potensi Lokal
“Nah, dengan jalan ini kita harap bisa membantu petani memperkenalkan pupuk organik, sehingga pupuk ini bisa diproduksi dan dimanfaatkan sendiri,” imbuhnya.
Untuk itu, Ikbal berharap agar pelatihan pembuatan pupuk organik ini dapat dilakukan secara sustainable alias berkelanjutan, tidak berhenti setelah pelatihan selesai dilaksanaka, tetapi harus ada tindak lanjutnya sampai ke desa-desa.
“Harapannya, ini berkelanjutan. dan mereka inilah yang nantinya akan melakukan pelatihan sampai ke desa-desa,” terangnya.
Baca Juga:
Petani Kabupaten Lebak, Banten, Sukses Kembangkan Bawang Merah dengan Hasil 600 Kg
Pada kesempatan yang sama, pengamat POPT Kecamatan Malangke dan Malbar, Guntur Bardin, menjelaskan bahwa pembuatan PGPR dan POC ini tidak terlalu sulit, karena semua alat dan bahannya bisa didapatkan di lingkungan sekitar.
“Pembuatan PGPR dan POC ini adalah salah satu alternatif untuk mencegah serangan penyakit pada tanaman,” ucap Guntur.
Hal itu, kata dia, sudah dibuktikan di BPTH Kabupaten Maros. “Pembuktian bahwa PGPR dan POC ini mampu mengatasi berbagai jenis penyakit pada tanaman itu sudah dibuktikan oleh BPTH Maros melalui kegiatan kajian yang telah dilakukan.