Angka ini, sebagaimana dipaparkan penelitian ini, mencerminkan kenyataan bahwa pencemaran limbah obat-obatan atau farmaseutikal di berbagai sungai di dunia menimbulkan "ancaman terhadap lingkungan dan kesehatan dunia".
Dr John WilkinsonSungai Nam Khan di Laos juga mengandung limbah obat-obatan.
Baca Juga:
Politeknik Transportasi SDP Palembang Mengadakan Diklat untuk Pelaku Transportasi Sungai dan Danau
Kajian ini meneliti sampel dari 1.052 lokasi di 104 negara. Hasilnya, sekitar 25% dari 258 sungai yang sampelnya diteliti mengandung "zat aktif obat-obatan" pada tingkatan yang diyakini tidak aman bagi organisme perairan.
"Biasanya, yang terjadi adalah kita mengonsumsi zat kimia ini. Zat tersebut menghasilkan efek yang diinginkan kemudian meninggalkan tubuh kita," kata Dr John Wilkinson selaku ketua tim penelitian, kepada BBC News.
"Yang kita ketahui kini adalah tempat pengolahan limbah air paling modern dan efisien sekalipun tidak sepenuhnya mampu mengurai zat-zat ini sebelum dibuang ke sungai atau danau," lanjutnya.
Baca Juga:
Pencarian ABK Tugboat yang Terbakar di Sungai Barito Dihentikan Setelah Sepuluh Hari
'Tiga juta popok bayi setiap hari cemari Sungai Brantas di Jawa Timur
Dr John WilkinsonSungai Biru di Tunis adalah salah satu sungai yang memiliki kandungan obat-obatan tertinggi, menurut kajian.
Obat-obat yang paling sering ditemukan di lokasi-lokasi pengambilan sampel adalah carbamazepine yang biasa digunakan sebagai obat epilepsi serta metformin yang kerap dipakai sebagai obat diabetes. Tiga zat lainnya yang paling banyak didapati adalah kafein, nikotin, dan paracetamol.
Di Afrika, artemisinin yang digunakan sebagai obat antimalaria, juga ditemukan dalam konsentrasi tinggi.