WahanaNews.co, Gunung Sitoli - Pengunjung pantai di Gunung Sitoli, Nias dihebohkan fenomena gumpalan busa putih di tepi pantai. Banyak pengunjung yang penasaran dan berbondong-bondong ke pantai untuk bermain dengan busa putih.
Dilihat dari rekaman video yang viral di media sosial pada , Jumat (6/10/2023), terlihat busa putih tebal terbawa ombak ke pantai, hingga menebal di tepian.
Baca Juga:
Respons Bupati Nias atas Viralnya Siswa SD Rekam Kondisi Sekolah Tanpa Guru hingga Sebulan Tak Belajar
Sejumlah pengunjung pantai terlihat menikmati fenomena ini dengan bermain-main busa sekaligus berfoto ria.
Pengunjung pantai di Gunung Sitoli, Nias dihebohkan fenomena gumpalan busa putih di tepi pantai. Banyak pengunjung yang penasaran dan berbondong-bondong ke pantai untuk bermain dengan busa putih. [WahanaNews.co/Istimewa].
Baca Juga:
Sambangi Duda Idap Penyakit Stroke dan Tumor, Personel Polsek Bawolato Berikan Tali Asih
Mengutip detikSumut, Prakirawan BBMKG Wilayah I Medan Aryo Prasetyo Mulyo menyebutkan bahwa busa tersebut bukanlah fenomena alam, melainkan limbah yang terbawa ombak.
"Untuk kejadian tersebut dikonfirmasi merupakan busa dari limbah," ungkap Aryo.
Aryo menyebutkan bahwa kejadian tersebut tidak ada hubungannya dengan kondisi cuaca di wilayah Gunung Sitoli, Nias.
"Mengenai hal tersebut tidak ada korelasi dengan keadaan cuaca di wilayah setempat," ucapnya.
Beberapa tahun lalu, peristwa serupa pernah terjadi di pesisir timur Australia.
Busa tersebut sebagian besar terdiri dari bahan organik yang membusuk dan tidak menimbulkan bahaya, kata para ahli.
“Orang-orang akan sangat khawatir ketika mereka melihat busa laut. Namun busa laut sebagian besar merupakan protein yang berasal dari bahan organik yang terdegradasi di lautan dan sebagian besar terdiri dari plankton, alga, sedikit jamur, sedikit bakteri, dan seiring proses degradasi. itu membentuk sesuatu seperti surfaktan atau bahan pembusa yang kita lihat dalam sabun,” kata Profesor Jodie Rummer dari Universitas James Cook kepada Reuters.
“Secara umum, kejadian busa laut yang terjadi secara alami ini tidak menimbulkan kerusakan dan merupakan bagian dari siklus alami,” katanya
Busa tersebut telah terbentuk akibat cuaca ekstrem yang melanda Australia saat itu.
Hal ini terjadi hanya beberapa minggu setelah Pulau Fraser dievakuasi karena kebakaran hutan dan para ilmuwan mengaitkan kondisi yang tidak menentu ini dengan dampak pola cuaca La Nina yang dikombinasikan dengan dampak jangka panjang perubahan iklim.
Sementara itu, mengutip bobo.grid.id, secara faktual air laut tak hanya terdiri dari air. Di dalam air laut, ada berbagai zat dan gas. Di antaranya; oksigen, sodium, nitrogen, kalsium, dan sebagainya.
Macam-macam zat dan gas itu berasal dari kerak Bumi, dasar laut, makhluk hidup, dan sebagainya.
Berbagai zat dan gas itulah yang menimbulkan busa laut. Ketika angin berhembus kencang dan ombak bergelombang, air laut terombang-ambing.
Nah, saat itulah aneka zat dan gas di lautan bagai terkocok-kocok, akhirnya muncullah busa tebal di lautan.
Busa-busa laut bisa tipis dan sedikit. Bisa juga, super tebal dan banyak, seperti pernah terjadi di beberapa negara.
Di antaranya; di Australia pada bulan Januari 2013 dan di Skotlandia pada bulan September 2012.
Busa laut super tebal biasanya terjadi karena disebabkan dua hal. Pertama, adanya badai besar. Kedua, adanya mekar alga.
Mekar alga adalah peningkatan jumlah alga yang sangat cepat di perairan. Lama-lama, mekar alga akan mati dan membusuk.
Ketika badai mengocok-ngocok lautan yang berisi mekar alga yang membusuk, maka terjadilah busa laut yang super tebal dan banyak.
Di Australia, busa super tebal itu sampai memenuhi jalanan di pinggir pantai. Busanya pun membumbung tinggi hingga sekitar 3 meter!
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]