WahanaNews.co | Erupsi Gunung Merapi diprediksi
sesuai dengan karakternya belakangan ini, yakni erupsi efusif dan kemungkinan
disertai erupsi eksplosif. Kelompok rentan di kawasan rawan bencana (KRB) III
atau dalam radius lima kilometer dari puncak pun dievakuasi secara bertahap.
Kepala Balai
Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, mengatakan, karakter erupsi Merapi tidak
berubah dari skenario selama ini. Erupsi itu kemungkinan mirip dengan erupsi 2006 silam.
Baca Juga:
Mengenal Kota Solo Surakarta dan Jejak Sejarah Kerajaannya
"Ini masih bagian dari
karakter Merapi," kata Hanik dalam konferensi pers daring,Kamis (4/11/2020).
Hanik mengatakan, kubah lava belum muncul pada 3
November 2020. Adapun seismitas dan energi Merapilebih tinggi dari erupsi
2006.
"Karakter utama efusif,
tapi ada kemungkinan eksplosif," katanya.
Baca Juga:
Ganjar Dilaporkan ke KPK Terkait Gratifikasi, IPW: Cashback Capai 16 Persen
Hanik menyatakan, puncak erupsi Merapi belum
diketahui. Menurutnya, tidak ada teori yang dapat memprediksi kapan puncak
erupsi Merapi terjadi.
"Yang pasti data terus
kami pantau, perkembangan terus kami sampaikan dan evaluasi setiap saat,"
katanya.
Ia menyebut radius
bahayaerupsi sejauh lima kilometer dari puncak. Sekitar 13 desa mencakup
30 dusun yang akan terdampak erupsi tersebut.
BPPTKG pun menyerahkan
ke tiap pemda untuk mengambil langkah terhadap warga di 30 dusun tersebut.
"Usia-usia rentan dan
sebagainya nanti BPBD yang menentukan. Kami kembalikan ke protap pemda,"
ucapnya.
Merapi mengalami
letusan eksplosif pada 21 Juni 2020. Saat itu kegempaan internal (VA), vulkanik
dangkal (VB), dan fase banyak (MP) mulai meningkat. Sebagai perbandingan, pada
Mei 2020 gempa VA dan VB tidak terjadi dan gempa MP terjadi 174 kali. Namun
pada Juli 2020 terjadi enam kali gempa VA, 33 kali VB, dan 339 kali MP.
JarakbaselineEDM(Electronic
Distance Measurement)sektor barat laut Babadan juga memendek empat
centimeter sesaat setelah letusan eksplosif 21 Juni 2020. Setelah itu,
pemendekan jarak terus berlangsung dengan laju sekitar tiga milimeter per hari
sampai September 2020.
Sejak Oktober 2020
kegempaan meningkat semakin intensif. Pada 4 November 2020, gempa VB 29 kali
per hari, MP 272 kali per hari, guguran 57 kali per hari, embusan 64 kali per
hari. Laju pemendekan EDM mencapai 11 centimeter per hari.
Kepala Seksi Merapi
BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan karakter utama erupsi Merapi kali ini tetap
efusif dan diiringi eksplosif yang tidak besar.
"Jadi eksplosivitas ini
hanya mengiringi karakter utama dari efusif itu," katanya.
Agus mengatakan upaya
pengungsian menjadi prosedur tetap ketika status Merapi di level III atau
'Siaga'.
"Saat status 'Siaga'
ini ada pengungsian secara bertahap. Tentu yang prioritas adalah kelompok
rentan," katanya.
Secara terpisah, Kepala
Pelaksana BPBD Sleman Joko Supriyanto mengatakan, setelah kenaikan status
Merapi ini BPBD langsung menyiapkan tempat pengungsian. Dari data BPPTKG, tiga
dusun berpotensi terdampak erupsi, yakni Pelemsari, Kaliadem, dan Kalitengah
Lor di Kecamatan Cangkringan.
"Penduduk di Kaliadem
dan Pelemsari itu sudah pindah ke huntap (hunian tetap) di sana. Hanya tinggal
ternak-ternaknya saja. Jadi yang kami lakukan evakuasi yakni (warga) Dusun
Kalitengah Lor," katanya.
Joko mengatakan
persiapan tempat pengungsian membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua hari.
Menurutnya, sekitar 160 orang kelompok rentan di Kalitengah Lor akan
dievakuasi.
"Pengungsian hanya
kelompok rentan untuk status 'Siaga'. Orang tua, ibu hamil, anak usia sampai
dua tahun. Ada sekitar 160 orang," ucapnya. [qnt]