WahanaNews.co | Michael
Sigarlaki, suami dari Juita Lidya Tiwa, warga Minahasa Selatan yang meninggal
usai divaksin, menyesalkan sikap dari Puskesmas Motoling, yang mendatangi rumah
duka dan hanya mengatakan jika istrinya meninggal bukan karena divaksin, melainkan
karena tubuhnya kekurangan hemogoblin (Hb), atau lebih dikenal orang dengan
sebutan Hb rendah.
Baca Juga:
Pemkab Kepulauan Seribu Targetkan 4.295 Anak Terima Vaksin Polio PIN Tahap Pertama
Pihak Puskesmas yang datang di hari pemakaman dengan
bersikukuh jika kematian istrinya karena Hb rendah itu, sempat membuat suasana
rumah duka menjadi bergejolak, karena menurut Michael, keluarga tidak bisa
menerima alasan dari pihak Puskesmas itu.
"Jadi pas pemakaman, ada yang datang dari Puskesmas
memberikan klarifikasi, jika hasil akhir dari pemeriksaan kematian istri saya,
itu karena Hb rendah. Ini memicu kemarahan, karena keluarga tidak bisa menerima
alasan itu. Tapi, kemarahan itu cepat diredam, karena keluarga ikhlas, kalau
istri saya, nyawanya sudah tidak bisa dikembalikan lagi," kata Michael.
Menurut Michael, hal yang membuat dirinya dan keluarga
kesal, disebabkan Puskesmas hanya bersikeras, jika mereka tidak mau melihat
penyebab awal hingga istrinya mengalami sakit dan Hb turun, tetapi hanya
bersikukuh jika penyebab akhir hingga kematian yang dilaporkan.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Yogyakarta Targetkan 30.702 Anak Terima Imunisasi Polio pada PIN 2024
Bahkan, ketika Michael menjelaskan kronologi jika istrinya
yang dalam kondisi sehat saat mendapatkan suntikan vaksin AstraZeneca,
tiba-tiba mengalami demam, sakit kepala, mual hingga kondisinya drop, sebelum
kemudian meninggal di hari ke-10, pihak Puskesmas tetap menganggap kronologi
kejadian itu bukan penyebab kematian dan bersikukuh kasus itu disebabkan Hb
rendah.
"Jadi, pihak Puskesmas katanya tidak melihat kejadian
awal, tapi penyebab akhir. Kalau penyebab awal, itu tidak masuk laporan. Itu
yang bikin keluarga marah. Saya contohkan tentang teori bola es, kan itu dari
kecil kemudian jadi besar. Bagaimana bisa langsung besar saja tanpa ada
penyebabnya," kata Michael.
Pria yang berprofesi sebagai seorang pengajar ini juga
mengaku sangat menyesal dengan kinerja dari Puskesmas. Pasalnya, sejak awal
istrinya sakit dan dibawa ke Puskesmas, tidak pernah ada satupun dokter yang
bisa ditemui di tempat itu.
"Kami beberapa kali ke Puskesmas, itu dokter tidak
pernah ada," ujarnya.
Michael pun berharap, kondisi yang menimpa keluarganya, di
mana istri yang dinikahinya selama tujuh tahun dan telah memberikan dua orang
anak ini, menjadi yang terakhir, dikarenakan buruknya pelayanan kesehatan untuk
masyarakat di pedesaan, termasuk Puskesmas yang tidak memiliki pelayanan
dokter.
"Saya dan keluarga sudah ikhlas. Tapi ini jadi pesan ke
pemerintah agar pelayanan kesehatan itu sangat penting hingga ke desa-desa.
Kalau dokter kurang, ditambah. Meninggalnya istri saya, bukan hanya satu nyawa
saja, tapi ada dua nyawa anak-anak yang ikut jadi korban. Saya mohon pemerintah
memperhatikan ini," kata Michael kembali.
Sekadar diinformasikan, Juita Lidya Tiwa (30), warga Desa
Motoling Dua, Kecamatan Motoling, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel),
meninggal dunia di hari ke-10 setelah dirinya divaksin. Sebelumnya, Juita
mengalami gejala demam, sakit kepala dan mual. [qnt]