WahanaNews.co |
Kericuhan terjadi di acara buka puasa bersama (bukber) yang digelar di Kantor
Desa Sukamulya, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Sejumlah warga saling
dorong, hingga kaca jendela kantor desa pecah berkeping-keping.
Baca Juga:
Buka Bersama Keluarga Warga Binaan di Lapas Nunukan
Informasi yang diperoleh, persoalan itu bermula saat Kades
Sukamulya, Dudun Ibrahim mengundang 100 orang untuk melaksanakan kegiatan
kultum, bukber dan salat magrib berjamaah. Acara yang dimulai pukul 17.00 WIB
itu awalnya berjalan lancar.
Namun di tengah acara ada warga yang tiba-tiba datang dan
menanyakan soal proyek yang akan dibangun di wilayah mereka. Proyek yang
ditanyakan warga terkait rencana pembangunan kawasan industri di daerah mereka.
Kades Dudun sempat terpantik emosi, dia menggebrak meja yang
kemudian memicu kemarahan warga hingga berusaha mendekat ke arah Dudun.
Sejumlah aparat keamanan dan aparat desa yang ada di lokasi bergerak
menghalangi warga. Sampai kemudian terdengar suara kaca jendela pecah.
Baca Juga:
Kedatangan Anies di Markas NasDem: Tak Ada Lagi Karpet Merah dan Tak Disambut Paloh
"Dalam rangka buka puasa, saya buka surat undangan 100
orang, yang diundang adalah, BPD, LPM para ketua RW, tokoh alim ulama, karang
taruna dan Bumdes. Tiba-tiba ada oknum warga tanpa undangan, (tuntutannya apa)
enggak tahu saya juga, yang dituntut masalah pembangunan kan belum ada
pembangunan," kata Dudun kepada wartawan.
Dudun menyesalkan terjadinya kericuhan tersebut, seharusnya
menurut Dudun acara yang digelar Sabtu sore itu hanya sebatas acara bukber. Ada
pun persoalan proyek, akan diumumkan secara terbuka di kegiatan lainnya.
"Itu masalahnya kalau toh masyarakat hanya
memberitahukan diundang, sebagai tokoh-tokoh dulu sebelum masyarakat. Nanti
pihak proyek akan melaksanakan kegiatan maka diumumkan dulu diundang tokoh
masyarakat dulu, kita kan lembaga kaitan nanti siapa saja yang kena nanti
garapannya harus dipatok dulu mana yang garapan dipatok dulu baru
perencanaan," ungkapnya.
"Mau segera dilaksanakan harus penataan dulu enggak
langsung terburu-buru enggak. Persiapan itu, hanya mereka sampai meributkan
sampai memecahkan kaca tolonglah dijaga jangan sampai begitu, kita tujuan buka
puasa Pak. Oleh ustaz, MUI, BPD tiba-tiba ada yang menanyakan pembangunan, kata
saya nanti saja setelah sesi yang lain. Negara kita negara hukum loh kalau ada
apa-apa yang dibomingkan oleh mereka masa pemerintah kalah, pemerintah yang
tangani nanti," sambung dia.
Dudun mengaku sempat emosi hingga menggebrak meja, terlebih
yang menanyakan soal proyek tersebut adalah mereka yang tidak diundang dalam
kegiatan tersebut.
"Saya memukul meja, karena dia tidak diundang,
membicarakan pembangunan kan bukan ranah tanya jawab di situ. Maka saya tolong
nanti ada besok lagi, lusa kan nanti kita terbuka di situ. Dia ngotot terus ini
mantan kades yang dulu, harapan saya kondusif, tidak ada oknum tidak ada yang
menumpangi," ujar Dudun.
Sementara itu, Ade Rosidin salah seorang warga yang berada
di lokasi menyebut kedatangan sejumlah warga hanya ingin adanya keadilan
terkait rencana pembangunan proyek tersebut. Ade menilai, kades tidak bisa
mengakomodir harapan warganya.
"Tuntutan kami warga terdampak ingin keadilan. Simpel
sebenarnya kami minta proyek itu dibagi dua dengan lingkungan kami di sana
(ada) empat lingkungan. Tapi ternyata waktu itu sudah dimediasi oleh kepala
desa di desa dibagi dua, tapi tiba-tiba warga masyarakat diadakan (kesepakatan)
lagi yang menggiring itu anaknya (kades) namanya (inisial) A. Kan jadi indikasi
di situ jadi tanda tanya kok anaknya aja yang bisa usaha di sana, masyarakat
tidak diakomodir. Harapannya pihak desa menampung aspirasi kami ada pekerjaan
tolonglah dibagi karena kami juga warga masyarakat jadi ada perusahaan di sini
harus bisa menikmati jangan hanya dampaknya saja," beber Ade.
Hingga saat ini situasi di sekitar kantor desa sudah
kondusif, beberapa warga yang sempat terlibat kericuhan juga sudah diminta
pulang oleh masing-masing tokoh masyarakat. [qnt]