Bagaimana respons pemerintah daerah?
Wali Kota Padang, Fadli Amran, mengungkapkan permintaan maafnya atas insiden tersebut. Dia berkeras menyatakan bahwa kejadian itu disebabkan miskomunikasi.
Baca Juga:
Bedah Buku "Imajinasi Islam: 70 Tahun Komaruddin Hidayat"
"Tadi saya sudah mendengarkan dari kedua belah pihak dan mereka sudah menyampaikan kronologi kenapa ini bisa terjadi. Kesimpulannya ini karena adanya miskomunikasi," katanya.
Menurutnya, miskomunikasi yang dimaksud adalah adanya keramaian di rumah doa tersebut. Kemudian pihak RW juga tidak mendapatkan informasi menyeluruh sehingga terjadi insiden tersebut.
"Insiden ini tentunya kami sesali. Tentunya kita juga mengetahui luka perasaan saudara-saudara kita masyarakat Nias yang sudah hidup damai dengan masyarakat sekitar dari dahulunya," ungkapnya.
Baca Juga:
Ini 3 Dosa Besar di Lingkungan Pendidikan Indonesia, Apa Upaya Kemendikbudristek?
Fadli mengatakan bahwa insiden tersebut akan menjadi catatan bagi Pemko Padang ke depannya.
"Untuk pendidikan, kita dari pemerintah harus menjadi garda terdepan untuk memberikan ruang seluas-luasnya dan tadi sudah disampaikan oleh bapak pendeta bahwa tidak ada masalah dalam pendidikan anak-anak. Namun hari ini realitanya ada insiden yang melukai perasaan masyarakat saudara-saudara kita," katanya.
"Konsisten kami jelas bahwa kita hidup beragam di Kota Padang. Kita hidup damai dan mengedepankan kerukunan umat beragama tentunya," katanya.