Masyarakat Diminta Waspada, Jakarta Terancam Banjir Besar Saat Libur Nataru
WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam rapat bersama Komisi V DPR RI, awalnya menjelaskan saat ini wilayah Sumatera dan Jawa telah memasuki musim hujan dan menuju fase puncak pada akhir Desember.
Baca Juga:
BMKG Ingatkan Warga Waspadai Cuaca Ekstrem hingga 15 Desember 2024
Jakarta berpotensi terendam banjir parah seperti 2020 silam. Masyarakat diminta mewaspadai potensi bencana ini.
"Saat ini kita sedang memasuki musim hujan dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian di sebagian wilayah itu mengalami puncak musim hujan di bulan Januari," kata Dwikorita, Rabu (4/12).
Dwikorita menjelaskan musim hujan saat ini turut disertai fenomena La Nina yang dapat meningkatkan curah hujan hingga 20 persen dari normalnya. Oleh karena itu, menurutnya periode akhir tahun hingga awal 2025 akan terjadi dua fenomena sekaligus, yakni puncak musim hujan dan La Nina.
Baca Juga:
BMKG: Prakiraan Cuaca Jabodetabek dalam Sepekan Sepekan
"Saat ini kita sedang memasuki musim hujan, dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatera dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir. Kemudian di sebagian wilayah tersebut mengalami puncak musim hujan di bulan Januari," ujar dia.
"Artinya selama mudik Nataru ini kebetulan berada atau menuju puncak musim hujan," imbuhnya.
Dwikorita kemudian mengatakan dua fenomena itu juga bisa berdampak pada skenario terburuk curah hujan ekstrem hingga banjir bandang seperti yang pernah terjadi di Jabodetabek empat tahun lalu.
Hal ini turut disebabkan oleh pergerakan seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia. BMKG, kata dia, sudah mendeteksi potensi masuknya seruak dingin tersebut ke wilayah Indonesia.
"Sejak minggu lalu kami mendeteksi adanya potensi masuknya seruak udara dingin dari dataran tinggi Siberia. Kemudian diprediksi mulai Desember ini sudah bergerak mengarah ke wilayah Indonesia," Jelas Dwikorita.
"Diprediksi landing-nya ini kira-kira sekitar tanggal 20 Desember sampai sekitar 29 Desember," ujar dia menambahkan.
Dwikorita menjelaskan seruak dingin menyebabkan terjadinya angin kencang, gelombang tinggi, dan peningkatan curah hujan. Kecepatan angin dan peningkatan gelombang tinggi ini akan terjadi terutama di Laut Natuna.
Di wilayah barat Indonesia, seruak dingin ini dalam skenario terburuk dapat menyebabkan banjir parah yang menerjang Jakarta pada 2020.
"Kemudian kalau saat landing ke Indonesia bagian barat yaitu Jawa Barat, Lampung, kemudian Banten, DKI. Skenario terburuk itu meningkatkan curah hujan dengan intensitas yang ekstrem," kata Dwikorita.
"Contoh yang sudah terjadi di tahun 2020 di bulan Januari kondisi terparah adalah Jabodetabek banjir saat itu. Itu akibat kami mendeteksi seruak udara dingin tadi," imbuhnya.
Pada Januari 2020 terdapat ratusan wilayah Jakarta yang tergenang hingga 350 cm. Saat itu, intensitas curah hujan memang cukup ekstrem, mencapai 377 mm/hari.
Akibatnya, sebanyak 390 RW di 151 kelurahan dari 35 kecamatan Jakarta terendam banjir dengan durasi empat hari hingga air benar-benar surut. Sebanyak 83.406 terdampak.
DKI mencatat, ada 36.445 warga yang mengungsi di 269 titik dan 19 orang meninggal selama banjir.
Skenario paling ringan untuk fenomena seruak dingin tersebut adalah terganggunya aktivitas pelayaran. Dwikorita mencontohkan bagaimana seruak dingin pada 2022 mengganggu aktivitas penyeberangan di pelabuhan.
"Skenario ter-ringan yang pernah terjadi sekitar 2 tahun lalu saat penyeberangan di Merak-Bakauhuni, tiba-tiba kapal yang sudah parkir ini oleng. Karena seruak angin itu kapalnya oleng, sementara masih ada yang menyeberang. Jadi waktu itu satu truk masuk ke laut, kemudian satu mobil juga masuk ke laut," tuturnya.
Desember dan Januari merupakan puncak musim hujan di sejumlah wilayah barat Tanah Air. Curah hujan di puncak musim hujan ini ditambah dengan adanya fenomena La Nina yang bisa meningkatkan curah hujan hingga 20 persen.
[Redaktur: Alpredo Gultom]