WahanaNews.co | Terduga teroris dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), M
Rizaldi (44), yang ditembak mati di Makassar, pernah terlibat cekcok dengan
warga karena tidak mau diimami ketika salat berjemaah di masjid perumahan
tempatnya tinggal.
Karena persoalan ini, sang terduga
teroris membuat musala untuk jemaahnya sendiri.
Baca Juga:
Dulu Dibanderol Rp10 Miliar, Kini Jualan Kopi: Perjalanan Mengejutkan Umar Patek dari Teroris ke Barista
"Pernah ada cekcok juga, tapi selesai secara musyawarah. Artinya, masing-masing mencari
jemaahnya, kalau imamnya ini (warga) nggak mau, jadi bikin musala
sendiri," kata Mas Anto (54), tetangga terduga teroris itu, saat ditemui wartawan di lokasi, Rabu (6/1/2020).
Mas Anto mengatakan, cekcok gara-gara tak mau diimami warga tersebut terjadi pada
2016.
Sang terduga teroris pun mengubah sebuah rumah di perumahan tersebut untuk dijadikan musala.
Baca Juga:
Diduga Terlibat Terorisme, Siswa 19 Tahun di Gowa Ditangkap Saat Beli Air Galon
"Waktu bikin musala sendiri kan setelah ada cekcok. (Musala itu)
khusus untuk jemaahnya sendiri," kata Mas Anto.
Sementara, seorang
warga lainnya, Irwanti (54), mengatakan, selama anggota JAD itu tak mau diimami
oleh warga, salat Subuh di masjid selalu terjadi dalam dua gelombang.
"Apalagi kalau subuh, 2 kali
salat kita. Jemaahnya itu harus ikut imamnya, kalau bukan imamnya dia tidak
mau," katanya.
"Makanya kita terganggu, kalau
kita masih berdoa, apalagi (jemaah warga) laki-laki dia langkahi masuk ke (saf)
depan," sambung Irwanti.
Terduga teroris M Rizaldi (44) yang
ditembak mati di Makassar disebut warga memiliki keseharian sebagai pebisnis.
Rizaldi selama ini menjual BBM eceran
hingga menjual kue.
"Sehari-harinya itu dia bisnis,
dia jual bensin, jual makanan," ujar Ketua RT 03 perumahan terduga teroris
tewas, Iwan (47), saat ditemui wartawan, Rabu (6/1/2021).
Sepengetahuan Iwan dan warga lainnya,
Rizaldi mengelola penjualan kue itu bersama jemaahnya.
"Dikelola satu keluarga,
masakannya dimasak di rumah, iya (dikelola sesama jemaah)," tutur Iwan.
Iwan mengatakan, Rizaldi sebagai
pribadi dianggap baik. Tapi untuk persoalan bergaul dengan warga, Rizaldi
dianggap tertutup.
"Kalau masalah pribadinya
sehari-harinya bagus. Cuma kalau persoalan komunikasi dengan ibu rumah tangga
yang lain atau kumpul-kumpul (sama warga) tidak," jelas Iwan.
Sementara itu, warga lainnya, Irwanti
(54), menyebut istri Rizaldi kerap tersenyum saat berpapasan dengan warga.
Namun untuk pergaulan, mereka tertutup.
"Pernah ada tim sensus penduduk,
wah itu mereka tidak mau, menolak," kata Irwanti, saat
ditemui terpisah.
Padahal, Rizaldi
sendiri merupakan salah satu warga paling pertama tinggal di Perumahan Vila
Mutiara Biru, yakni sejak 1997.
"Tapi tidak pernah kumpul (sama
warga), say hello saja sama
warga," katanya.
Diberitakan sebelumnya, polisi
menyebut M Rizaldi memang diintai Densus 88 Mabes Polri lantaran kerap membuat
pengajian dan kajian di rumahnya.
Kelompok Rizaldi dikenal sebagai
jaringan Jamaah Vila Mutiara. [dhn]