"Itu memang terjadi di masa-masa musim hujan atau musim puncak penghujan," kata Usman.
Selain itu, Usman mengatakan bahwa waterspout dan puting beliung umum terjadi di wilayah Indonesia saat potensi pertumbuhan awan cumulonimbus cukup tinggi.
Baca Juga:
Bawaslu Sumenep Perpanjang Pendaftaran Rekrutmen Petugas Pengawas Tempat Pemungutan Suara
Kendati begitu, ia menyebut tidak semua awan cumulonimbus menyebabkan terjadinya waterspout. Sebab, kondisi atmosfer seperti suhu muka laut hangat, tekanan udara yang relatif rendah, dan kelembapan udara yang tinggi turut memengaruhi.
Ia pun mengatakan, intensitas waterspout relatif lemah. Fenomena itu terjadi dalam waktu yang singkat, antara 5-10 menit, dan di luasan wilayah yang relatif sempit.
"Namun masyarakat tetap harus waspada dan menjauhi fenomena tersebut, terutama para nelayan," pungkasnya. [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.