"Tampaknya sudah dilakukan perencanaan yang matang dengan level keikhlasan yang tinggi hingga sempat melakukan salam perpisahan sebelum melakukan aksi bunuh diri," ucap Haniva, mengutip Republika, Senin, (11/3/2024).
Dia mengatakan, tindakan bunuh diri yang para korban lakukan dianggap sebagi bentuk kekompakan dalam menghadapi masalah yang sangat besar sehingga harus dipikul bersama.
Baca Juga:
Pria Pacar Ibu Kandung Siksa 2 Balita di Jakut dengan Keji
Mereka sudah mengukur sumber daya atau kekuatan diri hingga risiko dari aksinya.
"Tujuan melompat adalah mengakhiri hidup yang mungkin sebagai pilihan akhir dari berbagai pilihan lain, seperti minum racun, tidak makan selama sekian hari, menabrakkan diri menggunakan kendaraan, berdiam diri dalam ruangan berasap karena kebakaran, dan lain-lain," jelas Haniva.
Haniva Hasna melanjutkan,, anak memang termasuk kelompok rentan terhadap kekerasan. "Anak memang menjadi salah satu objek kekerasan karena belum mampu menolak dan belum mampu melakukan pembelaan,” ucap Haniva.
Baca Juga:
Pendidikan Tertinggi Menjadi Prioritas Persyaratan Pengangkatan Perangkat Desa
Karena itu, dia menyoroti betapa pentingnya mempersiapkan diri untuk mengemban peran sebagai orang tua.
Menurut Haniva, tanggung jawab orang tua atau pasangan adalah menjaga keharmonisan keluarga, sehingga setiap anggota keluarga dapat merasakan kesehatan mental yang baik.
"Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah bersiap-siap menjadi orang tua yang normal saja. Tugas orang tua atau pasangan adalah menjaga keharmonisan, sehingga setiap anggota keluarga dapat menjaga kesehatan mental mereka," ungkapnya.