WahanaNews.co | Kepala Perwakilan (Kaper) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat, Wahidin mengatakan, pihaknya telah bekerjasama dengan media massa untuk memberikan pemahaman tentang stunting di tengah-tengah masyarakat.
Dengan menggandeng media massa, pihaknya berharap dapat membantu dalam mempercepat penurunan angka stunting.
Baca Juga:
Wamen Isyana Tinjau SPPG Binjai, Dorong Percepatan Zero Stunting di 2026
"Banyak di masyarakat yang memahami cebong atau pendek itu stunting. Padahal pendek belum tentu stunting. Sedangkan stunting sudah pasti pendek. Yang paling utama perkembangan otaknya lemah, itu bisa masuk kategori stunting," ujarnya saat melakukan konferensi pers yang dilaksanakan di Pesantren Syifaus Shudur, RT 02 RW 02 Desa Tarogong, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Kamis (8/12/2022).
Wahidin juga mengungkapkan, jika angka stunting di Jawa Barat masih terbilang memprihatinkan dengan berada di angka 24,5 persen.
"Kalau banyak yang stunting meresahkan, nanti di Tahun 2045 orang dewasa nya banyak yang lemot," terangnya.
Baca Juga:
Perubahan Iklim Picu Stunting, Dokter Anak Peringatkan Dampaknya pada Gizi Anak
Tak hanya itu, dari survei data Status Gizi Indonesia tahun 2021 lalu, angka stunting paling tinggi ada di Kabupaten Garut. Sedangkan yang terbaik ada di Kota Depok.
"Kalau tahun 2022, survei terakhir di bulan Oktober. Dan hasilnya akan keluar di bulan ini. Saya sangat yakin, di Garut akan mengalami penurunan," ungkapnya.
Oleh sebab itu, Wahidin berharap, dengan adanya peran dari media massa dapat membantu percepatan penurunan angka stunting di Jawa Barat.