WahanaNews.co | Warganet ramai membahas soal dugaan kucuran dana Rp 9 miliar dari
Pemkab Pacitan.
Penerimanya konon adalah Yayasan
Yudhoyono (Yudhoyono Foundation)
untuk Museum SBY-Ani.
Baca Juga:
Staf Ahli Wali Kota Hadiri Festival 'Wonder Verse 2024' di SMAN 1 Binjai
Anggaran berupa hibah tersebut
dikhususkan untuk pembangunan Museum SBY-Ani.
Bangunan itu sendiri terletak di ruas
Jalan Lintas Selatan (JLS), Kelurahan Sidoharjo.
Pembangunan Museum SBY-Ani di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, sudah sejak lama direncanakan, dan
semata-mata untuk meningkatkan daya tarik pariwisata di sana.
Baca Juga:
Pemkot Mojokerto Tampilkan Keunggulan Kota Sehat pada Verifikasi KKS Jawa Timur
Apalagi, dana hibah untuk Museum SBY-Ani sudah sesuai mekanisme.
Bendahara Umum DPP Partai Demokrat,
Renville Antonio, mengatakan, dana hibah itu murni
bantuan.
Menurutnya, dana hibah itu
diperbolehkan.
"Jadi, ini murni
bantuan. Sepanjang pengetahuan saya, itu diperbolehkan. Karena ini
membantu yayasan, apalagi ini Presiden. Sama seperti zamannya,
mungkin, (Presiden) Gus Dur waktu di Jombang," ujar Renville, saat ditemui wartawan di Surabaya.
Renville membeberkan, awalnya dana
hibah untuk Museum SBY-Ani di Pacitan merupakan inisiatif
Gubernur Soekarwo (Pakdhe Karwo) saat masih menjabat.
Sedangkan saat peletakan batu pertama,
lanjut Renville, Pemprov Jatim sudah dipimpin Gubernur Khofifah Indar
Parawansa.
"Tapi itu inisiatif Gubernur
Pakdhe Karwo langsung. Jadi ya kita terima kasih. Dan waktu itu Bu Gubernur
(Khofifah) waktu peletakan batu pertama (hadir) dan
memberi apresiasi," terangnya.
Secara terpisah, Sekdaprov Jatim, Heru Tjahjono, mengatakan,
hibah itu belum dicairkan.
Sejauh ini, dana sebesar Rp 9 miliar
tersebut masih di Pemkab Pacitan.
Pemkab Pacitan mengajukan ke Pemprov
Jatim pada tahun 2019 lalu.
"Tapi, hibah itu
belum diluncurkan uangnya, belum dipergunakan. Uang itu belum dipergunakan.
Uang itu masih di APBD Pacitan," ujar Heru, saat
dikonfirmasi.
Heru menjelaskan, ada beberapa
kelengkapan yang perlu dicukupi untuk mencairkan dana hibah tersebut.
Dana hibah sebesar Rp 9 miliar itu tidak hanya untuk Museum SBY-Ani. Tetapi
juga untuk hal lain.
Hibah itu bantuan keuangan (BK). Bila
uang itu akan dihibahkan ke Museum SBY-Ani, Heru menyebut, harus ada persyaratan
yang dilengkapi.
"Karena memang ada hal-hal yang
perlu dicukupi. Uangnya masih utuh Rp 9 miliar. Bukan hanya untuk museum, untuk
macam-macam," tegasnya.
Sementara itu, warga
Pacitan sendiri menganggap Museum SBY-Ani
diproyeksikan menjadi obyek wisata baru yang memperkaya wisata.
Mereka menyamakan Museum SBY-Ani nantinya seperti Museum Soekarno atau
Bung Karno di Blitar.
Baik SBY dan Bung Karno sama-sama
sosok Presiden dan tokoh internasional.
"Ikonik pasti. Dan tidak
dimungkiri mungkin itu akan jadi destinasi wisata unggulan ke depan. Seperti di
Blitar ada museum dan makam Bung karno," kata Khoirul.
Pandangan serupa juga disampaikan Eni
Setyowati (41), warga Desa Kayen.
Secara pribadi, dirinya
tidak mengkultuskan tokoh tertentu, termasuk SBY.
Hanya saja,
keberadaan museum diperlukan sebagai bukti sejarah. Terlebih sebagai putra
daerah Pacitan, perjalanan karir SBY cukup gemilang.
Bahkan hingga menempati posisi
tertinggi sebagai Presiden RI selama dua periode.
"Museum SBY-Ani itu bisa menjadi bentuk bahwa Pacitan itu pernah punya generasi
yang bisa memimpin negara ini. Siapa tahu menginspirasi generasi muda. Sama
halnya di Blitar masyarakat sangat bangga dengan sosok Soekarno," imbuh
pegiat media yang kini mengajar di salah satu perguruan tinggi tersebut.
Anggota DPRD Jatim Fraksi PDIP, Deni
Wicaksono, menilai, dana hibah tersebut lebih baik
digunakan Pemkab Pacitan untuk membantu warga di tengah pandemi Covid-19.
"Duit Rp 9 miliar itu bisa untuk
membeli beras 900 ribu kg, bisa dibagikan ke rakyat miskin.
Memfasilitasi lebih dari 500 ribu pelajar dengan bantuan paket data 1 GB, atau
memberi ribuan beasiswa untuk mahasiswa yang kesulitan membayar biaya kuliah di
masa pandemi," ujar Deni kepada wartawan, Rabu (17/2/2021).
Deni menjelaskan, dana hibah Rp 9
miliar tersebut dirasa tidak pas bila diberikan ke sebuah lembaga.
Apalagi ia merasa, tujuan museum
tersebut untuk citra politik.
Sedangkan di Blitar, ada dua bangunan
yang menyimpan banyak peninggalan Presiden RI pertama, Soekarno. Yakni, Perpustakaan Nasional (Perpurnas)
Bung Karno (BK) dan Istana Gebang.
Pendanaan pembangunan Perpusnas BK
merupakan dana gabungan dari Pemkot Blitar, Kementerian PUPR dan Dinas PUPR
Provinsi Jatim sebanyak Rp 13 miliar.
Bangunan kedua, adalah Dalem Gebang yang biasa disebut warga
Istana Gebang Blitar.
Para pelaku wisata di kota ini juga
kerap menyebut tempat ini sebagai Museum BK.
Rumah ini bersejarah karena merupakan
rumah masa kecil Soekarno.
Kabid Pengelola Kawasan Wisata
Disparbud Pemkot Blitar, Heru Santoso, menegaskan, Istana Gebang adalah
cagar budaya yang telah ditetapkan Pemkot Blitar.
Menurut Heru, rumah ini akan dibeli
orang dari Malaysia.
Namun rencana ini mendapat penolakan
dari warga sekitar yang sangat mencintai semua hal bersejarah yang menjadi
rekam jejak Presiden pertama RI itu.
"Akhirnya warga demo sambil
membawa uang mereka. Dikumpulkan jadi satu dan warga bersedia membeli dari uang
urunan, asalkan Dalem Gebang tidak jatuh ke warga asing. Aksi ini kemudian
ditanggapi Pemerintah Kota Blitar dan Pemprov Jatim," tutur Heru.
Dari kesepakatan akhirnya Dalem Gebang
dijual seharga Rp 35 miliar.
Pembayaran pembelian bangunan itu
diambil dari APBD Pemprov Jatim sebanyak Rp 25 miliar dan dari APBD Pemkot
Blitar sebanyak Rp 10 miliar. [qnt]