WahanaNews.co | Desa Muara Hutaraja, Kecamatan Muara Batangtoru, dipetakan menjadi salah satu desa rawan bencana di Kabupaten Tapanuli Selatan.
Sungai Batangtoru yang mengalir di belakang pemukiman penduduk, menjadi faktor utama Desa Muara Hutaraja masuk kategori wilayah rawan bencana.
Baca Juga:
Tambang Emas Martabe Raih PROPER Hijau: Inovasi Ramah Lingkungan untuk Masa Depan Berkelanjutan
Saat musim penghujan, sungai Batangtoru yang merupakan salah satu sungai terbesar di Sumatera Utara, akan meluap menggenangi pemukiman penduduk. Banjir akan menghantam desa penghasil pasir terbaik itu.
Tidak hanya banjir, jika sungai Batangtoru meluap, longsor akan terjadi disepanjang bantaran sungai. Tidak sedikit, lahan pertanian warga akan tergerus dan menjadi palung sungai.
Meski dahulunya langganan banjir, kini masyarakat Desa Muara Hutaraja dapat sedikit bernafas lega. Sejak tahun 2020, banjir berskala besar tidak pernah lagi terjadi. Kondisi ini tidak terlepas dari upaya yang dilakukan oleh warga. Dengan difasilitasi PT Agincourt Resources (PTAR), warga menanam pohon waru disepanjang bantaran sungai.
Baca Juga:
Tambang Emas Martabe Konsisten Patuhi Baku Mutu Air Sisa Proses
"Ada sekitar 1.000 batang yang kita tanam," kata Officer PTAR, Solih Abir Siregar, Jum'at (9/6/2023).
Solih memaparkan, beberapa upaya lain juga dilakukan PTAR seperti, pemasangan brojong di sempadan sungai. Bronjong ini berfungsi sebagai tembok penahan longsor dan banjir. Pihaknya juga membangun pintu air, di salah satu sungai yang membelah pemukiman penduduk.
Sebagai perusahaan yang peduli dengan masyarakat, pengelola Tambang Emas Martabe ini tidak mau berbuat setengah-tengah. Bekerjasama dengan BPBD Kabupaten Tapanuli Selatan, PTAR membentuk desa tangguh bencana (Destana), yang bertujuan mendorong partisipasi masyarakat dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana alam.