JABAR.WAHANANEWS.CO, CIANJUR - Dalam mencegah terjadinya pergaulan bebas dan kenakalan remaja, puluhan siswa di SMA Sulthan Baruna Cikadu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menjalani tes kehamilan. Kegiatan tersebut rutin dilakukan oleh pihak sekolah setiap libur semester.
Dilansir dari Inilah.com, Kegiatan tersebut sempat viral setelah video yang menunjukkan para siswi mengantre untuk menjalani tes urine kehamilan diunggah di media sosial. Para siswi didampingi oleh guru perempuan, sementara hasil tes tidak diumumkan ke publik.
Baca Juga:
Kurangi Sampah ke TPAS, Pasar Ciranjang Manfaatkan Mesin Pencacah Organik
Menanggapi hal tersebut, Bupati Cianjur, Jawa Barat, Herman Suherman menilai tes kehamilan yang dilakukan pihak SMA Sulthan Baruna merupakan upaya antisipasi pergaulan bebas yang saat ini marak terjadi di daerah tersebut.
"Langkah tersebut diambil pihak sekolah tentu dengan alasan yang jelas dan yang pasti siswi tidak perlu takut menjalani tes kehamilan kalau tidak pernah melakukan pergaulan bebas," ujar Herman baru-baru ini.
Tes yang rutin dilakukan pihak sekolah, lanjut Herman, diharapkan dapat menekan angka pergaulan bebas dan kenakalan remaja. Namun demikian, pihaknya meminta agar sekolah lebih menekankan pada pendidikan karakter dengan menambah jadwal pelajaran agama atau kegiatan siraman rohani rutin.
Baca Juga:
Puluhan Pelajar dari Yachimata Jepang akan Belajar Selama Dua Pekan di Cianjur
"Minimal ada kegiatan rohani rutin di sekolah yang memberikan edukasi terkait dampak dari pergaulan bebas, kenakalan remaja, termasuk tawuran serta penyalahgunaan obat terlarang, minuman keras, dan narkoba yang dapat merusak masa depan," tambahnya.
Sementara itu, Kepala SMA Sulthan Baruna, Sarman, menjelaskan bahwa tes kehamilan rutin dilakukan setelah tiga tahun lalu seorang siswi berhenti sekolah karena hamil. Oleh karena itu, sekolah mengambil inisiatif untuk melakukan tes kehamilan setiap awal semester.
"Setelah kejadian tersebut, pihak sekolah berinisiatif untuk melakukan tes kehamilan setiap awal semester dan dilakukan dua kali dalam setahun. Tes urine dilakukan secara tertutup oleh para guru perempuan," kata Sarman.