“Bagi saya, yang paling menggembirakan ketika Pak Wali Kota melaporkan bahwa sekarang ini untuk BAB (buang air besar) terbuka di Jakarta Timur sudah 0 persen, karena semuanya dimanfaatkan dengan fasilitas yang seperti ini,” ujar Pramono.
Menurut Pramono, sistem biogas ini memberikan dampak langsung bagi warga, mulai dari peningkatan kebersihan lingkungan hingga penghematan biaya rumah tangga. Ia menjelaskan bahwa penggunaan energi biogas dapat mengurangi ketergantungan masyarakat pada LPG.
Baca Juga:
Pramono Resmikan Tangki Septik Komunal, Warga Jaktim Kini Hemat Gas LPG
“Warga yang dulu harus beli LPG, sekarang tidak perlu lagi. Mereka bisa menghemat sampai 1,2 juta rupiah per tahun,” kata Pramono.
Dalam kunjungannya, Pramono sempat mencoba langsung kompor berbahan bakar biogas dengan menggoreng telur menggunakan gas hasil olahan limbah tinja warga.
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan
Baca Juga:
Soal Pemulangan Pasien oleh RS EMC Pekayon, Ini Kata Kadinkes Kota Bekasi
Pramono menegaskan bahwa keberhasilan Jakarta Timur akan dijadikan model pengembangan sistem biogas di wilayah lain, termasuk perkantoran pemerintah dan swasta.
Ia juga menilai sistem ini turut menekan keberadaan bakteri E. Coli di permukiman. Sementara itu, Wali Kota Jakarta Timur Munjirin menjelaskan bahwa instalasi biogas di tiga titik telah melayani 439 kepala keluarga (KK) atau sekitar 2.400 jiwa.
Program tangki septik komunal non-biogas juga telah menjangkau hampir 3.000 KK. “Dari groundbreaking di Bidara Cina sampai sekarang, sudah hampir 3.000 KK terselesaikan. Ini akan terus berlanjut,” terang Munjirin.