Budi mengaku harus menjaga kondisi tubuhnya tetap fit agar bisa menyelam setiap harinya. Berbekal minyak gosok yang membuat tubuh hangat, Budi bisa bertahan menyelam hingga dua jam. Sungai Musi dengan kedalaman 15-25 meter dijajalnya setiap hari.
Hanya selang yang terhubung antara mesin kompresor dengan hidungnya yang mempertahankan nyawanya. SIsanya gelap. Air keruh Sungai Musi membuat lingkungan tempat bekerjanya tak terlihat.
Baca Juga:
Bobi Candra, Bos Tambang Ilegal dengan Kerugian Negara Rp 556 Miliar, Dibekuk di Jakarta
Budi hanya bisa meraba menggunakan tangan agar bisa memvisualisasikan alam sekitarnya. Tak jarang kaki Budi terluka karena menginjak kerikil, batu, bahkan sampah di dasar sungai yang berserakan.
Namun diantara sampah itu, dengan bantuan visualisasi imajinasinya, Budi mengantongi barang-barang yang dibawanya ke permukaan.
"Kalau lagi pilek nggak bisa. Di bawah sangat dingin. Kalau sedang fit saya bisa bertahan dua jam menyelam. Tidak tentu berapa jamnya. Kalau sudah tidak kuat dingin, saya raih tali yang terhubung ke kapal, taring selang tiga kali kasih kode untuk dimatikan mesinnya, dan saya naik ke atas kapal," kata Budi.
Baca Juga:
Bank Indonesia Sebut Uang Pecahan Rp10 Ribu Tahun Emisi 2005 Tidak Berlaku Lagi
Temuan Benda Berharga di Sungai Musi, dari serbuk, arca, hingga perhiasan emas
Yang paling mudah ditemukan oleh para pemburu harta karun di Sungai Musi adalah serbuk emas. Mereka menggunakan pompa air untuk menyedot pasir di dasar Sungai.
Pasir yang seukuran kerikil dikumpulkan kemudian direndam ke dalam air merkuri. Proses tersebut akan memisahkan pasir dengan serbuk emas yang kemudian dikumpulkan.