Wagini mengatakan bahwa sakit di kakinya sudah dirasakan sejak 2020 yang lalu. Namun, sampai sekarang harus ada yang membantunya mengerjakan pekerjaan rumah.
“Jadi Wachid itu lebih berat membantu ibu dari daripada sekolah, tapi dari sekolah itu masoh memberikan tugas sekolahnya kadang lewat WA (WhatsApp) atau kadang ibu guru datang ke sini juga ingin adik Wachid tetap sekolah,” kata Wagini.
Baca Juga:
Tuani Lumbantobing Ajari Kadis Lingkungan Hidup Tapteng Dengan Model Pembelajaran Anak SD
Sejumlah guru di SD Sambiroto, tempat Wachid bersekolah, juga tak lepas memantau siswanya. Sejumlah penyesuaian pun dilakukan agar Wachid tak putus sekolah.
Erni Meitanti, guru Wachid mengatakan bahwa Wachid termasuk anak pendiam. Namun, saat berada di rumah dia rajin membantu ibu dan kakeknya.
“Makanya kalau dia berangkat sekolah ya agak siang karena membantu ibunya dulu,” jelas Erni.
Baca Juga:
Cerita Ayah di Gresik yang Mata Anaknya Dicolok Pakai Tusuk Bakso Hingga Buta
Untuk berangkat sekolah, bocah yang bercita-cita menjadi kontraktor itu biasanya berjalan kaki sekira 1,5 kilometer melewati perbukitan dan pematang sawah.
Meski begitu Wachid tak mengeluh. Dia mungkin tak berkata-kata, namun sikap dan tanggung jawab yang diperlihatkannya memperlihatkan besarnya kasih sayang bocah itu terhadap sang bunda. [bay]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.