Teknologi & kapasitas institusional yang mendukung
Beberapa pengembangan penting:
- Adopsi e-absensi dan e-kinerja (untuk memetakan kehadiran tim lapangan dan relawan).
- Pelatihan “talenta digital” dan bootcamp konten (sejumlah tim kandidat mengadakan kelas singkat bagi relawan). Dedi-Erwan pernah menegaskan program pengembangan
talenta digital untuk mendukung kampanye dan basis relawan.
- KPU dan lembaga terkait mulai mendorong reformasi pemilu digital (FGD tentang e-voting dan pemilu digital), sebuah lingkungan regulasi yang perlu diperhatikan tim kampanye.
Baca Juga:
Negara Gempar, Kandidat Presiden Kolombia Ditembak di Kepala Saat Kampanye
Relokasi basis pemilih: strategi taktikal yang sering dipakai
Relokasi basis pemilih di sini bukan memindahkan orang fisik, melainkan memindahkan fokus sumber daya kampanye-alokasi personel, anggaran iklan, acara tatap muka-dari zona “aman” ke zona rawan/swing. Taktik yang banyak terlihat:
a. Skoring wilayah dengan heatmap suara
Baca Juga:
Australia-Bali Perkuat Kerja Sama Lewat Kampanye Etika Wisata
Tim menggunakan data hasil survei internal + data pemilu sebelumnya untuk membuat heatmap wilayah: area “kubu kuat”, “kubu lemah”, dan “swing”. Sumber daya (staff, anggaran iklan, relawan) dipindahkan ke kecamatan yang masuk kategori swing menjelang hari H.
b. Kampanye hibrida: digital dulu, offline saat mendesak
Di banyak kecamatan yang sulit dijangkau secara tatap muka, kampanye memulai dengan push digital (ads + influencer), lalu menutup dengan kegiatan tatap muka kecil (pertemuan RT/RW, posko) untuk mengonsolidasikan suara. Ini menghemat biaya perjalanan dan memaksimalkan efektivitas. Studi pilkada lokal menunjukkan efektivitas model ini bila pesan digital sudah
terlebih dahulu “hangat”.