"Keputusan ini diskriminatif dan intoleran terhadap mahasiswa baru yang beragama Kristen dan Katolik," katanya.
Mukhlis, mahasiswa MIPA USU, menyebutkan bahwa sebagai lembaga pendidikan, USU seharusnya menjadi contoh dalam toleransi beragama.
Baca Juga:
Motif Masih Misteri, Siswi Kelas 6 Diduga Habisi Nyawa Ibunya di Medan
"PKKMB yang mengganggu ibadah mahasiswa Kristen tidaklah pantas," sebutnya.
Evan Sitompul, sebagai Pengurus KAM Erat FH USU, juga menjelaskan bahwa kelompok Aspirasi Mahasiswa Erat berperan sebagai sarana dan forum untuk menerima serta menghubungkan aspirasi dari mahasiswa.
Ia menyesalkan perencanaan jadwal dan hari kegiatan PKKMB yang tidak dipikirkan dengan matang.
Baca Juga:
Ketum PTSBS Arnod Sihite Serukan Kepedulian untuk Korban Banjir dan Longsor di Sumut, Ajak Masyarakat Bersatu Bantu Pemerintah
"Meskipun pentingnya acara PKKMB sebagai persiapan awal bagi mahasiswa baru dalam mengenal kehidupan kampus, unsur penting seperti pelaksanaan kegiatan pada hari Minggu seharusnya menjadi pertimbangan utama," kata Evan.
Alasannya, lanjutnya, pada hari Minggu, teman-temannya yang beragama Kristen dan Katolik memiliki kebutuhan untuk menjalankan ibadah mereka.
"Tentu saja, karena pelaksanaan PKKMB pada hari Minggu, ibadah teman-teman mahasiswa Kristen dan Katolik terganggu," ungkap Evan.