WAHANANEWS.CO, Tapteng - Mayoritas wilayah di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) kini memasuki fase darurat logistik setelah hujan berintensitas tinggi selama sepekan terakhir memporakporandakan desa-desa, memutus akses jalan, dan mengisolasi ribuan warga yang kini terancam kelaparan serta kekurangan air bersih.
“Kami di sini sudah kehabisan bahan makanan, air bersih juga tidak ada, tidak ada posko yang memadai, dan sampai sekarang belum satu pun bantuan dari pemerintah pusat masuk ke tempat kami,” ujar Dzulfadli Tambunan, warga setempat, Jumat (28/11/2025).
Baca Juga:
Menteri KP: Laut Harus Jadi Solusi Global untuk Masa Depan Berkelanjutan
Longsor terjadi di Badiri, Sibabangun, Lumut, Sarudik, Kolang, Tapian Nauli, Sitahuis, Pinangsori, dan Pandan, disertai banjir bandang yang merendam hampir seluruh rumah penduduk dan menewaskan 11 orang, melukai 3 orang, serta membuat ratusan lainnya hilang terutama dari Desa Sibiobio dan Muara Sibuntuon.
Pemukiman warga, sekolah, kantor desa, Pustu, serta berbagai fasilitas umum di kedua desa tersebut luluh lantak dihantam arus sungai dan roboh tersapu air.
Akses logistik terputus total setelah Jalan Nasional Sibolga–Padang Sidempuan amblas hingga dua meter, memutus jalur utama yang selama ini menjadi penghubung vital antarwilayah.
Baca Juga:
Stok Melimpah 4 Juta Ton, Pemerintah Tegaskan Tak Ada Impor Beras hingga Akhir 2025
Jembatan Anggoli dan Jembatan Pandan turut putus dihantam arus dan kayu hanyut, membuat mobilitas warga dan distribusi bantuan tidak dapat dilakukan sama sekali.
Sementara itu, Jalan Nasional Sibolga–Tarutung mengalami retak, amblas, dan tertimbun material longsor di puluhan titik sehingga desa-desa seperti Pagaran Honas, Sibiobio, Muara Sibuntuon, Hutagurgur, Lumut Maju, dan Lumut Nauli terisolasi total tanpa suplai pangan maupun air bersih.
Kondisi diperparah dengan amblasnya jalur vital Tapsel–Tapteng pada Rabu (26/11/2025) di Anggoli yang selama ini menjadi rute utama distribusi bahan pangan.
Gangguan pada jalur distribusi itu berpotensi menimbulkan kelangkaan pangan di sejumlah wilayah, terutama desa-desa yang kini terputus total dari akses darat dan tidak memiliki stok bahan makanan.
Hingga kini bantuan dari pemerintah pusat belum masuk dan meski anggota Komisi VII DPR Bane Raja Manalu telah mengirim lima ton beras dan 500 pakaian layak pakai. Bantuan itu belum mampu menjangkau desa-desa terisolasi.
“Kami sudah tiga hari hanya makan seadanya, kalau tidak ada bantuan segera, banyak warga yang bisa tidak bertahan,” tutupnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]