WahanaNews.co | Ipda Basilio Pareira, polisi di Nusa Tenggara Timur mendapatkan penghargaan karena sikap sabar dan ketenangannya saat dimaki serta diserang demonstran warga bekas Timor-Timur di Desa Tuapukan, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang belum lama ini.
Video aksi humanis Basilio pun viral di berbagai media sosial. Dalam video yang beredar, saat itu seorang remaja berusia 16 tahun yang tidak menggunakan baju menyerang Basilio.
Baca Juga:
Oknum Polisi di Kupang Diduga Mencemarkan Agama saat Jumat Agung Terancam Dipecat
Sekelompok warga yang merupakan warga negara Indonesia (WNI) bekas Timor Leste melakukan aksi demonstrasi, Kamis (10/12/2020) di Jalan Timor Raya depan kamp pengungsian, Desa Tuapukan, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang.
Aksi penyampaian pendapat di muka umum tersebut berujung pada perusakan mobil dinas Polri. Tidak hanya itu, sejumlah personel Polri yang melakukan pengamanan juga mendapat serangan fisik.
Basilio hadir di lokasi itu mengamankan demo. Tiba-tiba seorang remaja memprovokasi dengan menyerangnya. Berbagai pukulan dari remaja itu tidak dibalas Basilio.
Baca Juga:
Usai Ribut Saat Jumat Agung di Gereja Kupang Perwira Polisi Ditahan
Sejumlah pukulan dan tendangan serta makian diarahkan remaja itu ke Basilio. Namun polisi ini tidak terpancing dan terprovokasi.
Sejumlah anggota Polri terutama juniornya tidak terima dengan aksi kekerasan remaja tersebut terhadap. Namun Basilio berusaha menenangkan anggota dan juga menenangkan remaja yang menyerangnya.
Remaja yang sempat diamankan di Polres Kupang untuk mendapat pembinaan ini akhirnya menyampaikan permohonan maaf. Basilio pun memberikan maaf dan meminta remaja tersebut tidak mengulangi lagi perbuatannya.
"Saat itu saya sedang memberikan arahan agar para pendemo tidak anarkis, ternyata ada seorang remaja datang memprovokasi dan menantang saya untuk berkelahi, tapi saya diamkan saja walau dimaki dan diserang," kata Basilio, Jumat (29/10).
Kapolres Kupang, AKBP Aldinan RJH Manurung memberikan penghargaan kepada Basilio yang saat ini menjabat sebagai kepala SPKT Polres Kupang.
"Penghargaan dan reward kepada Ipda Basilio atas kesabarannya dan tidak emosi saat menghadapi aksi anarkis pendemo, serta bisa mengendalikan situasi saat ada aksi di Tuapukan," ujar Aldinan.
Menurut Aldinan, jika saat itu Basilio terpancing dari aksi remaja tersebut, maka suasana dipastikan akan semakin keruh.
"Jika tidak ada inisiatif dan niat baik untuk tenang menghadapi situasi yang memanas, maka aksi anarkis akan berlanjut," tutur Aldinan.
Saat itu Basilio justru mengutamakan langkah-langkah pencegahan dan humanis, sehingga remaja tersebut sadar bahkan meminta maaf. "Sikap ini kami apresiasi," tandas Aldinan.
Kapolres Kupang meminta agar Basilio menjadi teladan kepada anggota yang lain. Karena saat ini tidak mudah bagi seorang polisi menjalankan tugasnya namun bukan halangan untuk berprestasi, dan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
"Ipda Basilio memiliki dedikasi dan kinerja yang baik dalam pelaksanaan tugas," tambah Aldinan.
Saat aksi waktu itu, selain melakukan penyampaian orasi, juga diikuti dengan kekerasan fisik oleh pendemo. Mereka memukuli polisi yang berjaga.
Pendemo memblokir jalan raya sehingga arus lalu lintas terhalang. Sejumlah pendemo mulai bringas, mereka membuang masker yang dibagikan kepolisian.
Situasi memanas karena ada lemparan batu dari arah pendemo. Sejumlah mobil polisi pun rusak. Polisi juga diserang para pendemo, namun para polisi tidak melakukan perlawanan.
Mereka menyampaikan beberapa tuntutan yakni meminta kepastian status tanah bagi warga bekas Timor-Timur yang saat ini berada di Desa Tuapukan.
Menurut mereka, masalah Hak Guna Usaha (HGU) di Desa Oebelo dilakukan sertifikasi oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), namun untuk lokasi kamp pengungsian Tuapukan tidak diakomodir. [dhn]