WahanaNews.co | Video yang menampilkan serbuan belalang kembara di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, viral di media sosial.
Video belalang kembara yang terbang memenuhi area persawahan itu ramai di Instagram.
Baca Juga:
Soal Polisi Tangkap Istri yang Laporkan Suami Selingkuh, Polda Bali Buka Suara
Dalam video tersebut, terlihat seorang warga membawa sound system sambil membunyikan lagu di tengah serbuan belalang.
Seorang pria lain memukul-mukul belalang yang sedang terbang di udara.
"Segala cara dilakukan untuk mengusir hama belalang kembara yang sedang membabi-buta di beberapa daerah di pulau Sumba. Adakah cara lain untuk mengusir hama belalang?" tulis akun ini.
Baca Juga:
Video Viral di Medsos Terkait Pembebasan Anggota KKB adalah Hoaks, Kapolres Puncak Jaya akan Jerat Pelakunya UU ITE
Lantas, apa penyebab serbuan serangga itu?
Penjelasan Ahli
Ahli ekologi serangga yang juga Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University Hermanu Triwidodo mengatakan, ada dua pemicu paling umum terjadinya ledakan populasi belalang kembara.
Kedua pemicu itu adalah tersedianya breeding site (tempat beriak) yang sesuai dan pengaruh fenomena iklim.
"Breeding site yang disukai adalah areal terbuka yang didominasi oleh tanaman jenis rumput-rumputan," kata Hermanu saat dihubungi, Rabu (11/5/2022).
Untuk kasus serbuan belalang di Sumba, Hermanu menyebut breeding site-nya sudah tersedia secara alami, yaitu berupa savana atau padang rumput yang luas.
Di Kabupaten Sumba Timur saja, luas savana mencapai sekitar 70.000 kilometer persegi atau 40 persen dari total wilayahnya.
Hal ini ditambah dengan adanya fenomena La Nina, ketika musim hujan datang 2-3 bulan lebih awal dari kondisi normal.
Menurutnya, kondisi ini membuat populasi belalang kembara berkembang beberapa generasi lebih awal.
"Belalang kembara, jika populasinya tinggi, akan berubah cara hidupnya dari soliter ke gregarius kemudian memasuki fase migratori, di mana mereka berpindah berbondong-bondong," jelas Hermanu yang saat ini sedang melakukan penelitian tentang belalang kembara di Sumba.
"Yang muda dengan melompat, yang dewasa bersayap dengan terbang dari daerah satu ke daerah lain searah dengan arah angin," sambungnya.
Hermanu menjelaskan, belalang kembara akan memilih daerah dengan ketersediaan makanan yang cocok, seperti rumput-rumputan dari famili Graminae.
Apabila fenomena iklim terjadi, ia menyebut populasi belalang kembara akan tinggi dan bermigrasi mulai Januari sampai hujan tidak turun lagi.
Upaya Kementan
Ia menuturkan, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) sejauh ini telah melakukan inistiatif cepat untuk mengatasi persoalan ini.
Menurutnya, Kementan telah mengembangkan dan mengaplikasikan sarana pengendalian non kimia, berupa insektisida biologis (entomopatogen).
"Penggunaan insektisida kimia sintetik akan dihindari karena penggunaan racun insektisida, dapat mengancam kesehatan ternak yang digembalakan secara lepas di savana," ujarnya.
Selain itu, Kementan juga mengalokasikan dana untuk membeli 1 kilogram belalang seharga Rp 5.000. Sebagai gambaran, 1 kilogram belalang berisi 1.000 belalang muda (nimfa) atau 350 belalang dewasa (imago).
Untuk Kabupaten Sumba Timur, dialokasikan dana untuk membeli 10 ton belalang atau setara dengan 10 juta nimfa atau 3,5 juta imago.
Harapannya, partisipasi warga dapat didorong untuk mengendalikan belalang tanpa racun.
"Belalang yang terkumpul bisa dijadikan pakan ternak atau kuliner yang lezat, seperti udang, karena kadar proteinnya sekitar 30 persen," kata dia.
"Gerakan pemanfaatan belalang sebagai pakan ternak, sambel goreng dan abon diharapkan bisa menjadikan musibah ledakan belalang menjadi berkah untuk mengatasi perbaikan gizi masyarakat dan mengatasi stunting," tambahnya.
Ia memaparkan, pengumpulan belalang yang pernah dilakukan masyarakat di 6 desa di kecamatan Pahunga Lodu dalam sehari terkumpul 2,07 ton. [rsy]