Ia mengemukakan, meskipun hotel-hotel sudah beroperasi, tetapi sejatinya kamar yang siap "dijual" itu kisaran 40-60 persen dari total kamar yang dimiliki karena kerusakan sarana prasarananya akibat vakum selama dua tahun.
Selain itu, pelaku pariwisata di Bali tidak mudah juga untuk mendidik tenaga kerja profesional, karena tidak sedikit SDM pariwisata Bali yang profesional beralih bekerja di kapal pesiar.
Baca Juga:
Irfan Setiaputra Pastikan Garuda Tetap Beroperasi Selama Angkutan Haji 1445H/2024M
"Jika soft loan (pinjaman lunak) dikasi, andaikata hutang (relaksasi restrukturisasi kredit-red) ditunda hingga 2025, apakah selesai persoalannya? Tentu belum," kata Penglingsir (tokoh) Puri Ubud itu.
Ia pun memprediksi kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali hingga akhir 2022 masih di bawah 2 juta orang.
Jumlah tersebut terpaut jauh dengan kunjungan wisman sebelum pandemi sebanyak 6,3 juta jiwa.
Baca Juga:
Rencana Pemerintah: Iuran Pariwisata dihitung dalam Harga Tiket Pesawat
Oleh karena itu, melalui forum diskusi itu Cok Ace mengharapkan ada rekomendasi yang berguna bagi semua kalangan dan rekomendasi yang bisa dilakukan pemerintah.
Dalam acara tersebut menghadirkan sejumlah narasumber yakni Gede Agus Maha Usadha (Wakil Ketua Umum KADIN Bali Bidang Pariwisata dan Investment), Putu Subada Kusuma (Wakil Ketua Bidang Legal PHRI Bali), dan I Ketut Wiratjana (Ketua DPD Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia).
Narasumber berikutnya Ryanto Piter (akuntan publik dari Joachim Adhi Piter Poltak dan Rekan) dan Yudhi Wibhisana (advokat, kurator, dan pengurus Wibhisana & Partner).