Temperatur dari mesin ini menyesuaikan dengan suhu ruangan yang juga dilengkapi dengan sirkulasi udara agar dapat berfermentasi.
“Hasil dari proses yang sudah dikendalikan ini adalah terciptanya masakan tempe secara utuh. Mesin ini menjalankan seluruh proses mulai dari kedelai hingga tempe, sehingga menawarkan kualitas yang konsisten kepada konsumen dengan lebih sedikit pekerjaan,” ungkap Kenneth.
Rencananya, Portable Machine of Tempeh Making akan dipasarkan di negara-negara non-Asia kecuali Jepang. Hal ini untuk mempromosikan makanan tradisional khas Indonesia kepada dunia.
Kepala Sekolah Binus School Simprug, Isaac Koh, mengungkapkan setiap bakat dan minat dari siswa harus terus didukung agar bisa terus terasah. Sehingga, potensinya bisa berdampak untuk orang banyak.
“Di sini kami percaya untuk terus mendorong siswa dalam menggali potensi dan bakatnya dan kami juga mendukungnya melalui berbagai macam sumber yang dibutuhkan siswa untuk bisa mendapatkan hasil terbaik,” kata Isaac.
Guru pembimbing, Savita, mengaku bangga dengan kesempatan yang sudah diberikan pada Ars Electronica Festival 2023. Terlebih, respons yang didapat sangat positif.
“Selama mengikuti pameran di Austria, respons yang kami dapat sangat luar biasa, terlihat banyak orang di Eropa yang sangat tertarik dengan teknologi pengolah tempe ini, mereka juga tampak suka dengan makanan-makanan olahan yang berasal dari tempe,” ungkap Savita.
KBRI/PTRI turut hadir memberikan dukungan kepada delegasi Binus School Simprug yang sudah membawa nama Indonesia melalui teknologi ciptaannya.
Ars Electronica Festival merupakan pameran yang menggabungkan beberapa ilmu yaitu sains, bisnis, kreativitas dan seni, serta kearifan lokal dari seluruh dunia.
Baca Juga:
Guru Besar IPB: Manfaat Tempe Fermentasi Kedelai untuk Kesehatan Tubuh
[Redaktur: Zahara Sitio]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.